Makin canggihnya teknologi
berimbas pada perkembangan
teknologi penulisan berita.
Kita tahu berita merupakan
kumpulan informasi dari narasumber kepada pencari berita. Perkembangan teknologi versus berita, sama-sama bergerak pada suatu
kebutuhan yang saling berkaitan. Teknologi dituntut untuk berkembang sehingga
berita dapat tersalurkan secepat mungkin kepada sasaran pemberitaan. Berita
dituntut Up To Date karena banyaknya kebutuhan hidup
yang membutuhkan informasi.
Tak hanya itu, berita
harus menarik dari segi informasi maupun kemasan/ tampilan agar narasumber merasa puas apabila informasi
yang disampaikan tepat kepada sasaran yang ditujukan.
A.Teknik Meliput & Menulis Berita TV
Teknik peliputan dan penulisan berita merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai para jurnalis yang bekerja di media televisi. Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan style penulisan berita karena masing-masing media memiliki kebijakan redaksional (editorial policy), sesuai visi dan misi atau idiologi yang dianutnya (segmentasi media).
A.Teknik Meliput & Menulis Berita TV
Teknik peliputan dan penulisan berita merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai para jurnalis yang bekerja di media televisi. Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan style penulisan berita karena masing-masing media memiliki kebijakan redaksional (editorial policy), sesuai visi dan misi atau idiologi yang dianutnya (segmentasi media).
B.Kelayakan
Berita
Berikut adalah sejumlah kriteria kelayakan berita, yang bersifat umum untuk semua media:
- Penting.
- Aktual.
- Unik.
- Asas Kedekatan (proximity).
- Asas Keterkenalan (prominence).
- Magnitude, berarti "kekuatan" dari suatu peristiwa seperti tsunami
- Human Interest.
- Unsur konflik
- Trend. Misalnya, suatu gaya mode tertentu yang unik dan sebagainya.
Berikut adalah sejumlah kriteria kelayakan berita, yang bersifat umum untuk semua media:
- Penting.
- Aktual.
- Unik.
- Asas Kedekatan (proximity).
- Asas Keterkenalan (prominence).
- Magnitude, berarti "kekuatan" dari suatu peristiwa seperti tsunami
- Human Interest.
- Unsur konflik
- Trend. Misalnya, suatu gaya mode tertentu yang unik dan sebagainya.
C. Proses pembuatan berita
Proses pembuatan berita pada prinsipnya tak banyak berbeda di semua media. Di media yang sudah mapan, biasanya telah dibuat semacam prosedur operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan.
Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi, yang juga merupakan jantung operasional media pemberitaan. Rapat redaksi merupakan kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan kualitas berita yang dihasilkan. Namun rumus umum dalam penulisan berita masih mengacup pada : 5 W+1H (what, why, who, when, where dan How). Di zaman orde baru ditambah dengan S (security/aman) dan di zaman reformasi H (Heart/hati)
D. Materi Rapat Redaksi:
1. Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan.
2. Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi (komunikasi antara reporter, juru kamera, staf riset, redaktur, dan sebagainya).
3. Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin (potensi hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan sarana/alat untuk peliputan, keamanan dalam peliputan, dan sebagainya)
4. Untuk menghasilkan hasil liputan yang berkualitas.
1. Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan.
2. Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi (komunikasi antara reporter, juru kamera, staf riset, redaktur, dan sebagainya).
3. Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin (potensi hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan sarana/alat untuk peliputan, keamanan dalam peliputan, dan sebagainya)
4. Untuk menghasilkan hasil liputan yang berkualitas.
E. Menggali
Informasi
Tugas seorang reporter pada dasarnya adalah mengumpulkan informasi, yang membantu publik untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penggalian informasi ini membawa sang reporter untuk melalui atau tahapan peliputan:
Tahapan pertama, adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato, dan sebagainya
Tahapan kedua, adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal. Misalnya, ketika si reporter tidak mentah-mentah menelan begitu saja keterangan Humas Perusahaan yang membangun perumahan mewah The Mutiara Makassar yang tembok pagarnya roboh dan menelan korban 8 orang warga tewas, tetapi si reporter datang ke lokasi kejadian dan mewawancarai langsung para keluarga korban..
Tahapan ketiga, adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa, penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya. Publik tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, tetapi mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Apa makna peristiwa itu bagi mereka, dan apa yang mungkin terjadi sesudahnya (dampak susulan dari peristiwa tersebut).
F. Menulis dan Ragam Berita
1.Berita media dapat dibagi dua:
· straight news
· feature news (karangan khas)
Menulis adalah pekerjaan seni. Pelukis terkenal Sudjojono pernah ditanya seseorang, "Bagaimana Anda melukis?" Sudjojono malah balik bertanya, "Apakah saudara punya buku panduan naik sepeda?" Begitulah. Menulis berita pun tak jauh beda dengan pekerjaan melukis.
Tugas seorang reporter pada dasarnya adalah mengumpulkan informasi, yang membantu publik untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penggalian informasi ini membawa sang reporter untuk melalui atau tahapan peliputan:
Tahapan pertama, adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato, dan sebagainya
Tahapan kedua, adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal. Misalnya, ketika si reporter tidak mentah-mentah menelan begitu saja keterangan Humas Perusahaan yang membangun perumahan mewah The Mutiara Makassar yang tembok pagarnya roboh dan menelan korban 8 orang warga tewas, tetapi si reporter datang ke lokasi kejadian dan mewawancarai langsung para keluarga korban..
Tahapan ketiga, adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa, penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya. Publik tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, tetapi mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Apa makna peristiwa itu bagi mereka, dan apa yang mungkin terjadi sesudahnya (dampak susulan dari peristiwa tersebut).
F. Menulis dan Ragam Berita
1.Berita media dapat dibagi dua:
· straight news
· feature news (karangan khas)
Menulis adalah pekerjaan seni. Pelukis terkenal Sudjojono pernah ditanya seseorang, "Bagaimana Anda melukis?" Sudjojono malah balik bertanya, "Apakah saudara punya buku panduan naik sepeda?" Begitulah. Menulis berita pun tak jauh beda dengan pekerjaan melukis.
2.Dalam
menulis berita memperhatikan beberapa hal :
A.Judul
Judul berita sebisa mungkin dibuat dengan kalimat pendek dan hendaknya menggunakan kalimat aktif agar daya dorongnya lebih kuat
B.Lead
Lead bisa menjadi penentu seorang pembaca akan melanjutkan bacaannya atau tidak. Namun, hal yang tak boleh dilupakan dalam menulis lead adalah unsur 5W + 1H (Apa/What, Di mana/Where, Kapan/When, Mengapa/Why, Siapa/Who dan Bagaimana/ How).
C.Badan Berita
Penentuan lead ini juga membantu reporter menginventarisasi bahan-bahan berita. Sehingga penulisan berita menjadi terarah dan tidak keluar dari lead. Inilah yang disebut badan berita. Ada hukum lain selain soal unsur pada poin 1 tadi, yakni piramida terbalik. Semakin ke bawah, detail-detail berita semakin tidak penting. Sehingga ini akan membantu editor memotong berita jika space tidak cukup tanpa kehilangan pentingnya berita itu sendiri.
D.Bahasa
Bahasa menjadi elemen yang penting dalam berita. Bayangkan bahwa pembaca itu berasal dari beragam strata. Bahasa yang digunakan untuk berita hendaknya bahasa percakapan. Hilangkan kata bersayap, berkabut bahkan klise. Jika narasumber memberikan keterangan dengan kalimat-kalimat klise, seorang reporter yang baik akan menerjemahkan perkataan narasumber itu dengan kalimat-kalimat sederhana. Tentu saja kita tidak mengerti jargon-jargon yang seperti, "Disiplin Mencerminkan Kepribadian Bangsa" yang ditulis besar-besar pada spanduk. Siapa yang peduli bangsa? Berita yang bagus adalah berita yang dekat dengan pembaca.
E.Ekstrak
Jangan pernah menganggap pembaca sudah tahu berita yang ditulis. Dalam menulis berita seorang reporter harus menganggap pembaca belum tahu peristiwa itu, meski peristiwanya terus berlanjut dan sudah berlangsung lama. Tapi juga jangan menganggap enteng pembaca, sehingga timbul kesan menggurui. Menuliskan ekstrak peristiwa sebelumnya dalam berita dengan perkembangan terbaru menjadi penting.
Proses pembuatan berita di TV di sebuah negara pada prinsipnya tak banyak berbeda dengan proses yang berlangsung di banyak stasiun TV di belahan dunia lainnya. Rata-rata TV DI Indonesia telah dibuat semacam standar operasional prosedur (SOP) dalam pembuatan berita. SOP ini digunakan untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan oleh Divisi Berita. Namun SOP ini di kebanyakan TV di tanah air, relatif belum lama tersusun, bahkan mungkin juga belum diterapkan secara sempurna. Saat ini, Divisi Berita setiap TV berupaya menerapkannya, sambil terus menerus menyempurnakan di sana-sini.
Berkaitan dengan hal ini, yang perlu disadari oleh insan pertelevisian adalah bahwa jantung operasional sebuah Divisi Berita adalah rapat redaksi. Rapat redaksi adalah kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan kualitas tayangan berita dari stasiun TV bersangkutan.
1. Sasaran Rapat Redaksi:
A. Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan.
B. Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi.
C. Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin.
D. Untuk menghasilkan tayangan yang berkualitas.
Masalah akan timbul ke permukaan bila hasil rapat redaksi tidak pernah di bagikan kepada tim liputan dilapangan tetapi hanya di telan oleh mereka yang mewakili bidangnya masing-masing dalam rapat. Hal ini banyak terjadi di stasiun televisi di negara-negara berkembang.
2.Kebijakan tentang Rapat Redaksi:
A. Kepala Divisi Berita mengadakan rapat mingguan dengan seluruh producer, asisten producer, koordinator juru kamera dan koordinator presenter, untuk membahas rencana dan atau masalah institusi yang berkaitan dengan liputan, redaksi, dan perusahaan.
B. Selain rapat mingguan yang dipimpin Kepala Divisi Berita, ada juga rapat mingguan yang dilakukan oleh sejumlah program acara. Misalnya kalau di TVRI: Suku-suku, Indonesia Hijau, Program Dialog dan masing-masing Warta. Rapat ini biasanya bertujuan untuk: mengkoordinasikan rencana dan gagasan liputan; mencari solusi atas masalah yang muncul; dan mengevaluasi tayangan dan hasil liputan minggu sebelumnya.
C. Selain rapat mingguan, ada rapat harian yang dilakukan oleh masing-masing program (program berita harian, seperti: Selamat Pagi Nusantara, Salam Dari Desa, Warta siang dan Warta Lainnya). Tujuannya adalah untuk: mengkoordinasikan rencana dan gagasan liputan; menjaga kesinambungan materi liputan antar program pada hari itu; mengevaluasi tayangan dan hasil liputan hari itu; dan mencari solusi atas masalah yang muncul hari itu.
3.Tujuan membuat SOP adalah:
1. Untuk menyeragamkan kebijakan dan prosedur pembuatan berita.
2. Untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan peralatan.
3. Untuk menghasilkan dan menayangkan berita yang berkualitas
4. untuk mendorong munculnya ide/gagasan berita Setiap personel.
5. untuk mendorong pematangan perencanaan yang dilakukan setiap hari.
4.Hasil positip dari Rapat redaksi yang sesuai SOP meliputi:
a. Producer Program menghimpun gagasan berita yang didapat dari kru melalui riset, temuan lapangan, informasi, dan sebagainya, untuk dibahas dalam rapat redaksi.
b. Agenda berita, rundown, serta penugasan dibahas dalam rapat redaksi. Rapat juga dihadiri oleh reporter, juru kamera, periset, asisten produksi, dan koordinator peliputan.
c. Hasil rapat redaksi dituangkan dalam notulen. Rapat juga membuat lembar penugasan yang menjadi acuan Producer Program dan Koordinator Peliputan.
d. Producer Program dapat membuat TOR, yang akan menjadi panduan penugasan reporter, juru kamera, dan periset, serta memberikan TOR tersebut kepada tim yang bertugas.
e. Jika dibutuhkan grafis untuk mendukung tampilan berita yang ditayangkan, permohonan grafis, foto, dan animasi pendukung berita diajukan oleh Producer Program atau Associate Producer kepada Tim Grafis. Grafis yang dihasilkan oleh tim tersebut lalu dimasukkan ke dalam server.
f. Reporter dan juru kamera mengimplementasikan penugasan, dengan melakukan liputan di lapangan. Tim lapangan tersebut juga wajib mengembangkan dan memperkaya informasi. Periset membantu mengumpulkan data pendukung untuk diberikan kepada reporter.
g. Dalam perjalanan kembali ke studio, reporter dan juru kamera dapat mendiskusikan hasil liputan yang bersangkutan. Draft naskah dan shot list juga disiapkan. Sementara keputusan akhir mengenai angle dan content ditentukan dalam rapat kecil tersebut.
h. Juru kamera membuat shot list hasil rekaman. Kaset dan shot list kemudian diserahkan kepada reporter, dari reporter ke editor sebelum kemudian diambil oleh petugas Perpustakaan setelah selesai editing.
i. Berdasarkan gambar dan data yang diperoleh dilapangan Reporter membuat skrip atau naskah berita.
j. Asisten Producer atau Producer Program memeriksa dan memperbaiki naskah berita kemudian di edit.
k. Reporter me-rewrite setelah di edit oleh produser kemudian melakukan dubbing untuk narasi.
l. Selanjutnya Reporter menyerahkan hasil dubbing, foto copy naskah dan kaset materi shoting ke Editor untuk di edit.
m. Editor menempatkan hasil Edit sesuai dengan urutan dari item-item berita yang akan ditayangkan pada hari itu. Urutan ini sesuai dengan rundown akhir yang disusun Producer Program untuk keperluan tayang.
H. Proses Editing Dalam Penyiaran Berita
Proses pengeditan sangat berpengaruh besar terhadap apa yang akan ditayangkan. Saat ini dunia pertelevisian sungguh menunjang perkembangan teknologi. Sarana informasi yang baik adalah media elektronik (Televisi), karena program-program yang dirancang ditampilkan secara audio dan visual, membuat penyampaian pesannya lebih jelas dan menarik untuk penonton. Sesuai dengan judul pada tahap awal penulis akan memperkenalkan istilah-istilah, alat yang dibutuhkan untuk mengedit, dan menjabarkan bagaimana proses editing dalam penyiaran berita pada televisi.
1. Pengertian Editor
Editor adalah seorang yng menyatukan teks, gambar, dan video menjadi sebuah clip, movie, dan film. Data-data yang sudah terkumpul diedit sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan video clip, movie clip, news, film, dan documentation, itu semua tergantung keperluan.
2. Pengertian Editing
Editing adalah proses menggerakan dan menata video shoot hasil rekaman dan gambar yang baru dan enak untuk dilihat. Secara umum pekerjaan editing adalah berkaitan dengan proses paska produksi seperti titling, colour correction, sound mixing, dll.
Berikut perlengkapan penunjang dalam pengeditan berita :
a. Video Card (berbagai macam merk dan kualitas, dari snazzi sampai Pinnalce Liquid Edition)
b. Editing Software (standart Adobe Premier, Final Cut Pro atau Avid Express)
c. Monitor Display (min 17 ninci)
d. Mic dan loadspeaker (untuk voice over/isi suara)
e. VTR recorder (untuk merekam hasil edit)
f. Monitor Audio dan Video (untuk mengecek hasil)
3.Tujuan Implementasi Proses Editing Dalam Penyiaran Berita
a. Memberikan informasi tentang proses editing dalam penyiaran berita
b. Mengatur tampilan pada layar yang terdiri dari teks, audio, dan video
c. Mengaplikasikan teks, audio, dan video menjadi sebuah berita hingga layak ditayangkan
d. Meminimkan kesalahan pada penayangan berita
e. Membuat informasi yang diberitakan menjadi singkat, padat, jelas, dan bebobot dalam isi
f. Bila pembuatan berita sudah mengikuti standar cara pembuatan, minimal tidak membuat bingung dan kecewa penonton.
I. PROSES PRODUKSI BERITA TELEVISI
Produksi berita televisi dilakukan sesuai SOP (standard operating procedure) produksi konten audio visual lainnya seperti film dan televisi. Sejumlah tahapan yang umum dalam industri audio visual harus dilalui untuk menghasilkan produk audio visual yang sesuai standar. Tahapan itu adalah:
- Pra Produksi
- Produksi
- Pasca Produksi
Idealnya tahapan-tahapan di atas dijalani secara berurutan. Artinya tahapan pertama harus selesai sebelum bisa melanjutkan ke tahapan berikutnya. Namun, berbeda dengan proses produksi sinetron atau film, produksi berita televisi dilakukan dengan cepat. Bahkan pada situasi tertentu tahapan satu dengan lainnya dilakukan secara bersamaan, sehingga tidak menunggu tahapan satu selesai sebelum bisa memulai tahapan selanjutnya.
Perbedaan lainnya adalah materi audio visual yang diburu. Produksi berita televisi memanfaatkan audio visual seperti apa adanya dan tanpa manipulasi. Sehingga pengambilan gambarnya pun dilakukan ‘as it happen’ atau saat sebuah peristiwa sedang berlangsung. Berikut adalah tahapan produksi pembuatan berita televisi.
1. PRA PRODUKSI
Tahap Pra Produksi dipahami sama baik di industri film, televisi maupun lainnya. Tahapan ini adalah tahapan dimana perencanaan dan detil petunjuk pelaksanaan produksi konten audio visual dibuat. Misalnya perencanaan pengambilan gambar berdasarkan interpretasi sutradara film terhadap skenario yang digarapnya dibuat menggunakan papan gambar atau ‘story board’. Setiap detil sudut pengambilan gambar dibuat sketsanya sehingga saat pelaksanaan Director of Photography (DOP) memiliki panduan dalam mengatur shot.
Tapi dalam produksi berita harian televisi tidak perlu sampai seperti itu. Beberapa hal yang biasa dilakukan pada tahap pra produksi antara lain adalah riset dan daftar harapan atau WISHLIST. WISHLIST adalah daftar sejumlah hal yang diharapkan diperoleh tim liputan saat berada di lapangan. Salah satu unsur dalam WISHLIST adalah urutan VISUAL/SHOT LIST. VISUAL/SHOT LIST adalah urutan gambar yang diinginkan produser sehingga bisa dikatakan bahwa ini merupakan bentuk sederhana dari STORYBOARD. WISHLIST juga seringkali disamakan dengan TOR atau Terms Of Reference.
CONTOH WISHLIST:
WISH LIST 1
REP/CAM : ULUNG/ AMRUL
LOCATION : DEPOK
DURATION :
DEADLINE :
PROGRAM : TELAAH
PRODUSER : BHAYU SUGARDA
BACKGROUND:
Maraknya perselingkuhan menjadi salah satu yang mendorong orang untuk menyewa detektif swasta. Selain itu status pernikahan yang seringkali disembunyikan juga menjadi penyebab lainnya. Namun, yang menarik adalah detektif swasta marak di perkotaan. Apa kaitannya antara perselngkuhan dengan perkotaan? Apakah kehidupan perkotaan yang begitu individualistis yang mendorong orang untuk berselingkuh? Apakah benar masyarakat perkotaan lebih cenderung untuk melakukan perselingkuhan?
NARASUMBER : ERNA KARIN, SOSIOLOG
SOUNDBYTE TARGET:
“Perselingkuhan memang banyak terjadi di perkotaan. Jarangnya bertemu dan sifat individualistis yang kerap melanda masyarakat perkotaan juga mendorong ini terjadi...”
“Tekanan di tengah sosial masyarakat materialistis juga mendorong ini terjadi..sehingga orang cenderung menyembunyikan apa yang dianggap tidak lazim dari masyarakat...”
“kesibukan masyarakat perkotaan, karier, juga memicu orang untuk sulit berinteraksi dengan pasangan. Akhirnya yang muncul adalah kekecewaan dan pelarian...”
DATA TARGET:
• data perselingkuhan tahun 2008
• data perkawinan di bawah tangan/siri tahun 2008
VISUAL/SHOT LIST:
• set up sosiolog di tengah masyarakat yang penuh kesibukan
• format wawancara yang suram kalo bisa dipertahankan – tapi wajahnya jangan disembunyikan...hehehhe.
WISH LIST 2
REP/CAM : ASTI/ IGUN
LOCATION : PANCORAN
DURATION :
DEADLINE :
PROGRAM : TELAAH
PRODUSER : BHAYU SUGARDA
BACKGROUND:
BODY GUARD ada yang profesional dengan sejumlah skill yang memang diperlukan dalam bertugas. Seperti bela diri, penggunaan senjata api, dll. Tapi ada sebagian yang menanganggap enteng pekerjaan sebagai body guard. Padahal ada seni dibalik itu.
NARA SUMBER: Satpam yang menawarkan jasa pengamanan pribadi atau body guard
SOUNDBYTE TARGET:
“yah saya pikir pengalaman sebagai satpam cukup untuk menjadi body guard. Karena saya bisa bela diri...lagipula saya khan punya sertifikat satpam!”
“Kalo ada orang yang macam2 saya pake jurus ini...ciaaaaat”
“sejauh ini klien saya tidak pernah mengeluh. Bahkan saya pun sering diminta menjaga pak RT dan acara besar lainnya seperti 17 agustusan...”
“kalo saya berhadapan dengan preman saya tidak takut...saya tidak perlu senjata...karena saya khan punya jimat ini nih...”
DATA TARGET:
• Berapa lama bekerja sebagai satpam?
• Berapa banyak kliennya sejauh ini?
• Sudah menjadi body guard berapa lama?
• Siapa saja kliennya?
• Tarifnya berapa?
VISUAL/SHOT LIST:
• visual dia latihan
• visual dia lagi bertugas
• visual dia lagi berkumpul bersama satpam tempat dia bekerja dulu
Untuk sebuah laporan mendalam dengan durasi 30 menit, WISHLIST dibuat berdasarkan porsi dari liputan mendalam itu yang akan dilakukan keesokan harinya. Sehingga WISHLIST yang dibuat bisa lebih dari satu dan satu WISHLIST bisa melengkapi WISHLIST lainnya. Satu SEGMEN bisa dibuat dengan 4 atau 5 wishlist.
2.PRODUKSI
Rencana yang dibuat dengan WIHSLIST bisa jadi berbeda dengan kondisi lapangan. Misalnya nara sumber yang ditargetkan untuk menjadi tokoh utama cerita ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Belum lagi apabila terjadi perkembangan lain yang jauh lebih menarik. Jika ini terjadi maka seorang Produser harus memiliki alternatif rencana sehingga proses produksi tetap bisa berjalan tanpa membuang biaya percuma.
Biasanya 1 WISHLIST bisa diselesaikan dalam waktu sehari. Untuk liputan harian, hasil liputan memiliki target untuk ditayangkan pada program berita harian terdekat. Misalnya liputan pagi akan ditayangkan untuk program berita sore. Sedangkan hasil liputan siang untuk program berita harian malam. Sementara untuk laporan mendalam, liputan yang belum selesai karena satu dan lain hal bisa dilanjutkan keesokan harinya.
Berkaitan dengan lama produksi tim liputan dalam sehari, aturan yang berlaku mengikuti aturan umum karyawan yaitu sekitar 9 jam. Jam bekerja itu sudah termasuk proses membuat ‘rough-cut’ atau edit kasar dari hasil liputan bagi campers dan skrip bagi reporter, sehingga memudahkan editor yang akan meng-edit hasil liputan. Skrip akan di-edit oleh produser dan audio visual akan di-edit oleh editor visual. Dengan demikian produksi di lapangan otomatis hanya sekitar 5 s/d 6 jam. Karena itu perencanaan perlu dibuat sematang mungkin sehingga pada saat pelaksanaannya semua berjalan lancar dan hasilnya memuaskan.
3.PASCA PRODUKSI
Pada tahapan ini, skrip yang telah di-edit produser dan ‘rough cut’ buatan campers akan diserahkan kepada editor visual. Reporter akan mendampingi editor untuk membantu ‘dubbing’ atau membacakan narasi serta mendampinginya meng-edit hasil liputan. Pendampingan ini perlu agar laporan akurat baik secara narasi maupun secara audio-visual. Hasil akhir akan di-preview oleh produser sebelum akhirnya tayang. Jika ada perbaikan produser berhak meminta editor dan reporter untuk mengedit ulang laporan itu.
Sementara untuk laporan mendalam, hasil liputan reporter diserahkan kepada produser. ‘Rough cut’ buatan campers diserahkan ke editor dan skrip diserahkan ke produser untuk diolah lebih lanjut menjadi tayangan yang koheren selama 30 menit. Untuk laporan mendalam selama 30 menit lama proses produksi (pra, produksi dan pasca produksi) bisa menghabiskan waktu 2 pekan atau 14 hari.
STEP BY STEP PRODUKSI LAPORAN MENDALAM
Tahapannya kurang lebih sebagai berikut:
PRA PRODUKSI
Hari 1:
Riset topik laporan mendalam untuk pitching saat rapat redaksi. Sejumlah ide topik disiapkan produser untuk dibahas lebih jauh dalam rapat redaksi. Supervising editor dan Pemred turut menghadiri rapat itu dan kemudian memutuskan topik yang akan digarap menjadi laporan mendalam.
Hari 2:
Riset mendalam dilakukan produser bersama dengan reporter. Tujuannya agar reporter mengerti betul arah dan tujuan liputan mendalam sebuah topik tertentu. Sehingga reporter tidak lagi bingung apa yang harus dilakukannya saat berada di lapangan. Selain itu, reporter menjadi lebih terlibat dalam membangun ‘story’ dan menjadi lebih peka terhadap dinamika lapangan.
Hari 3:
Produser bekerjasama dengan reporter mulai menentukan nara sumber serta pemilihan ‘human example’ atau tokoh utama laporan mendalam itu. Setelah pemilihan nara sumber telah disepakati, reporter menghubungi nara sumber untuk membuat janji liputan keesokan harinya. Sementara produser sudah mulai merangkai cerita dan mempersiapkan WISHLIST liputan.
PRODUKSI
Hari 4 s/d 10
Liputan dilakukan selama 7 hari. Hampir setiap hari reporter membuat laporan hasil liputannya dan menyerahkannya kepada produser. Produser dan reporter juga membahas lebih jauh perkembangan di lapangan sebelum menentukan liputan keesokan harinya. Sementara campers mengumpulkan hasil ‘rough cut’ liputannya di tempat penyimpanan yang telah ditentukan sebelumnya. Selama itu produser akan mengawasi serta mengevaluasi hasil liputan sehingga bisa memutuskan apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Perlu dicatat proses produksi tidak harus 7 hari kerja karena itu tergantung seberapa jauh laporan yang diinginkan.
PASCA PRODUKSI
Hari 11 s/d 12
Dua hari terakhir produksi digunakan untuk melengkapi audio visual. Misalnya gambar cantik alias ‘beauty shot’, sekuen pembuka tayangan atau sekuen sebagai ‘bridging’ atau sekuen yang menjembatani satu bagian cerita ke bagian lainnya.
Hari 11 s/d 14
Sementara proses editing sudah berjalan. Pada hari ke-11 editor akan mem-preview gambar yang telah terkumpul dan memastikan semua gambar yang dibutuhkan skrip telah tersedia. Editor juga mengidentifikasi jika ada gambar yang kurang dan perlu ‘shot’ tambahan. Pada hari ke-12, editor sudah mulai melakukan proses editing. Proses editing akan didampingi oleh produser. Produser juga berkewajiban memberikan segala kelengkapan yang dibutukan editor dalam bekerja, seperti misalnya grafik dan ilustrasi musik.
A.Judul
Judul berita sebisa mungkin dibuat dengan kalimat pendek dan hendaknya menggunakan kalimat aktif agar daya dorongnya lebih kuat
B.Lead
Lead bisa menjadi penentu seorang pembaca akan melanjutkan bacaannya atau tidak. Namun, hal yang tak boleh dilupakan dalam menulis lead adalah unsur 5W + 1H (Apa/What, Di mana/Where, Kapan/When, Mengapa/Why, Siapa/Who dan Bagaimana/ How).
C.Badan Berita
Penentuan lead ini juga membantu reporter menginventarisasi bahan-bahan berita. Sehingga penulisan berita menjadi terarah dan tidak keluar dari lead. Inilah yang disebut badan berita. Ada hukum lain selain soal unsur pada poin 1 tadi, yakni piramida terbalik. Semakin ke bawah, detail-detail berita semakin tidak penting. Sehingga ini akan membantu editor memotong berita jika space tidak cukup tanpa kehilangan pentingnya berita itu sendiri.
D.Bahasa
Bahasa menjadi elemen yang penting dalam berita. Bayangkan bahwa pembaca itu berasal dari beragam strata. Bahasa yang digunakan untuk berita hendaknya bahasa percakapan. Hilangkan kata bersayap, berkabut bahkan klise. Jika narasumber memberikan keterangan dengan kalimat-kalimat klise, seorang reporter yang baik akan menerjemahkan perkataan narasumber itu dengan kalimat-kalimat sederhana. Tentu saja kita tidak mengerti jargon-jargon yang seperti, "Disiplin Mencerminkan Kepribadian Bangsa" yang ditulis besar-besar pada spanduk. Siapa yang peduli bangsa? Berita yang bagus adalah berita yang dekat dengan pembaca.
E.Ekstrak
Jangan pernah menganggap pembaca sudah tahu berita yang ditulis. Dalam menulis berita seorang reporter harus menganggap pembaca belum tahu peristiwa itu, meski peristiwanya terus berlanjut dan sudah berlangsung lama. Tapi juga jangan menganggap enteng pembaca, sehingga timbul kesan menggurui. Menuliskan ekstrak peristiwa sebelumnya dalam berita dengan perkembangan terbaru menjadi penting.
Proses pembuatan berita di TV di sebuah negara pada prinsipnya tak banyak berbeda dengan proses yang berlangsung di banyak stasiun TV di belahan dunia lainnya. Rata-rata TV DI Indonesia telah dibuat semacam standar operasional prosedur (SOP) dalam pembuatan berita. SOP ini digunakan untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan oleh Divisi Berita. Namun SOP ini di kebanyakan TV di tanah air, relatif belum lama tersusun, bahkan mungkin juga belum diterapkan secara sempurna. Saat ini, Divisi Berita setiap TV berupaya menerapkannya, sambil terus menerus menyempurnakan di sana-sini.
Berkaitan dengan hal ini, yang perlu disadari oleh insan pertelevisian adalah bahwa jantung operasional sebuah Divisi Berita adalah rapat redaksi. Rapat redaksi adalah kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan kualitas tayangan berita dari stasiun TV bersangkutan.
1. Sasaran Rapat Redaksi:
A. Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan.
B. Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi.
C. Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin.
D. Untuk menghasilkan tayangan yang berkualitas.
Masalah akan timbul ke permukaan bila hasil rapat redaksi tidak pernah di bagikan kepada tim liputan dilapangan tetapi hanya di telan oleh mereka yang mewakili bidangnya masing-masing dalam rapat. Hal ini banyak terjadi di stasiun televisi di negara-negara berkembang.
2.Kebijakan tentang Rapat Redaksi:
A. Kepala Divisi Berita mengadakan rapat mingguan dengan seluruh producer, asisten producer, koordinator juru kamera dan koordinator presenter, untuk membahas rencana dan atau masalah institusi yang berkaitan dengan liputan, redaksi, dan perusahaan.
B. Selain rapat mingguan yang dipimpin Kepala Divisi Berita, ada juga rapat mingguan yang dilakukan oleh sejumlah program acara. Misalnya kalau di TVRI: Suku-suku, Indonesia Hijau, Program Dialog dan masing-masing Warta. Rapat ini biasanya bertujuan untuk: mengkoordinasikan rencana dan gagasan liputan; mencari solusi atas masalah yang muncul; dan mengevaluasi tayangan dan hasil liputan minggu sebelumnya.
C. Selain rapat mingguan, ada rapat harian yang dilakukan oleh masing-masing program (program berita harian, seperti: Selamat Pagi Nusantara, Salam Dari Desa, Warta siang dan Warta Lainnya). Tujuannya adalah untuk: mengkoordinasikan rencana dan gagasan liputan; menjaga kesinambungan materi liputan antar program pada hari itu; mengevaluasi tayangan dan hasil liputan hari itu; dan mencari solusi atas masalah yang muncul hari itu.
3.Tujuan membuat SOP adalah:
1. Untuk menyeragamkan kebijakan dan prosedur pembuatan berita.
2. Untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan peralatan.
3. Untuk menghasilkan dan menayangkan berita yang berkualitas
4. untuk mendorong munculnya ide/gagasan berita Setiap personel.
5. untuk mendorong pematangan perencanaan yang dilakukan setiap hari.
4.Hasil positip dari Rapat redaksi yang sesuai SOP meliputi:
a. Producer Program menghimpun gagasan berita yang didapat dari kru melalui riset, temuan lapangan, informasi, dan sebagainya, untuk dibahas dalam rapat redaksi.
b. Agenda berita, rundown, serta penugasan dibahas dalam rapat redaksi. Rapat juga dihadiri oleh reporter, juru kamera, periset, asisten produksi, dan koordinator peliputan.
c. Hasil rapat redaksi dituangkan dalam notulen. Rapat juga membuat lembar penugasan yang menjadi acuan Producer Program dan Koordinator Peliputan.
d. Producer Program dapat membuat TOR, yang akan menjadi panduan penugasan reporter, juru kamera, dan periset, serta memberikan TOR tersebut kepada tim yang bertugas.
e. Jika dibutuhkan grafis untuk mendukung tampilan berita yang ditayangkan, permohonan grafis, foto, dan animasi pendukung berita diajukan oleh Producer Program atau Associate Producer kepada Tim Grafis. Grafis yang dihasilkan oleh tim tersebut lalu dimasukkan ke dalam server.
f. Reporter dan juru kamera mengimplementasikan penugasan, dengan melakukan liputan di lapangan. Tim lapangan tersebut juga wajib mengembangkan dan memperkaya informasi. Periset membantu mengumpulkan data pendukung untuk diberikan kepada reporter.
g. Dalam perjalanan kembali ke studio, reporter dan juru kamera dapat mendiskusikan hasil liputan yang bersangkutan. Draft naskah dan shot list juga disiapkan. Sementara keputusan akhir mengenai angle dan content ditentukan dalam rapat kecil tersebut.
h. Juru kamera membuat shot list hasil rekaman. Kaset dan shot list kemudian diserahkan kepada reporter, dari reporter ke editor sebelum kemudian diambil oleh petugas Perpustakaan setelah selesai editing.
i. Berdasarkan gambar dan data yang diperoleh dilapangan Reporter membuat skrip atau naskah berita.
j. Asisten Producer atau Producer Program memeriksa dan memperbaiki naskah berita kemudian di edit.
k. Reporter me-rewrite setelah di edit oleh produser kemudian melakukan dubbing untuk narasi.
l. Selanjutnya Reporter menyerahkan hasil dubbing, foto copy naskah dan kaset materi shoting ke Editor untuk di edit.
m. Editor menempatkan hasil Edit sesuai dengan urutan dari item-item berita yang akan ditayangkan pada hari itu. Urutan ini sesuai dengan rundown akhir yang disusun Producer Program untuk keperluan tayang.
H. Proses Editing Dalam Penyiaran Berita
Proses pengeditan sangat berpengaruh besar terhadap apa yang akan ditayangkan. Saat ini dunia pertelevisian sungguh menunjang perkembangan teknologi. Sarana informasi yang baik adalah media elektronik (Televisi), karena program-program yang dirancang ditampilkan secara audio dan visual, membuat penyampaian pesannya lebih jelas dan menarik untuk penonton. Sesuai dengan judul pada tahap awal penulis akan memperkenalkan istilah-istilah, alat yang dibutuhkan untuk mengedit, dan menjabarkan bagaimana proses editing dalam penyiaran berita pada televisi.
1. Pengertian Editor
Editor adalah seorang yng menyatukan teks, gambar, dan video menjadi sebuah clip, movie, dan film. Data-data yang sudah terkumpul diedit sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan video clip, movie clip, news, film, dan documentation, itu semua tergantung keperluan.
2. Pengertian Editing
Editing adalah proses menggerakan dan menata video shoot hasil rekaman dan gambar yang baru dan enak untuk dilihat. Secara umum pekerjaan editing adalah berkaitan dengan proses paska produksi seperti titling, colour correction, sound mixing, dll.
Berikut perlengkapan penunjang dalam pengeditan berita :
a. Video Card (berbagai macam merk dan kualitas, dari snazzi sampai Pinnalce Liquid Edition)
b. Editing Software (standart Adobe Premier, Final Cut Pro atau Avid Express)
c. Monitor Display (min 17 ninci)
d. Mic dan loadspeaker (untuk voice over/isi suara)
e. VTR recorder (untuk merekam hasil edit)
f. Monitor Audio dan Video (untuk mengecek hasil)
3.Tujuan Implementasi Proses Editing Dalam Penyiaran Berita
a. Memberikan informasi tentang proses editing dalam penyiaran berita
b. Mengatur tampilan pada layar yang terdiri dari teks, audio, dan video
c. Mengaplikasikan teks, audio, dan video menjadi sebuah berita hingga layak ditayangkan
d. Meminimkan kesalahan pada penayangan berita
e. Membuat informasi yang diberitakan menjadi singkat, padat, jelas, dan bebobot dalam isi
f. Bila pembuatan berita sudah mengikuti standar cara pembuatan, minimal tidak membuat bingung dan kecewa penonton.
I. PROSES PRODUKSI BERITA TELEVISI
Produksi berita televisi dilakukan sesuai SOP (standard operating procedure) produksi konten audio visual lainnya seperti film dan televisi. Sejumlah tahapan yang umum dalam industri audio visual harus dilalui untuk menghasilkan produk audio visual yang sesuai standar. Tahapan itu adalah:
- Pra Produksi
- Produksi
- Pasca Produksi
Idealnya tahapan-tahapan di atas dijalani secara berurutan. Artinya tahapan pertama harus selesai sebelum bisa melanjutkan ke tahapan berikutnya. Namun, berbeda dengan proses produksi sinetron atau film, produksi berita televisi dilakukan dengan cepat. Bahkan pada situasi tertentu tahapan satu dengan lainnya dilakukan secara bersamaan, sehingga tidak menunggu tahapan satu selesai sebelum bisa memulai tahapan selanjutnya.
Perbedaan lainnya adalah materi audio visual yang diburu. Produksi berita televisi memanfaatkan audio visual seperti apa adanya dan tanpa manipulasi. Sehingga pengambilan gambarnya pun dilakukan ‘as it happen’ atau saat sebuah peristiwa sedang berlangsung. Berikut adalah tahapan produksi pembuatan berita televisi.
1. PRA PRODUKSI
Tahap Pra Produksi dipahami sama baik di industri film, televisi maupun lainnya. Tahapan ini adalah tahapan dimana perencanaan dan detil petunjuk pelaksanaan produksi konten audio visual dibuat. Misalnya perencanaan pengambilan gambar berdasarkan interpretasi sutradara film terhadap skenario yang digarapnya dibuat menggunakan papan gambar atau ‘story board’. Setiap detil sudut pengambilan gambar dibuat sketsanya sehingga saat pelaksanaan Director of Photography (DOP) memiliki panduan dalam mengatur shot.
Tapi dalam produksi berita harian televisi tidak perlu sampai seperti itu. Beberapa hal yang biasa dilakukan pada tahap pra produksi antara lain adalah riset dan daftar harapan atau WISHLIST. WISHLIST adalah daftar sejumlah hal yang diharapkan diperoleh tim liputan saat berada di lapangan. Salah satu unsur dalam WISHLIST adalah urutan VISUAL/SHOT LIST. VISUAL/SHOT LIST adalah urutan gambar yang diinginkan produser sehingga bisa dikatakan bahwa ini merupakan bentuk sederhana dari STORYBOARD. WISHLIST juga seringkali disamakan dengan TOR atau Terms Of Reference.
CONTOH WISHLIST:
WISH LIST 1
REP/CAM : ULUNG/ AMRUL
LOCATION : DEPOK
DURATION :
DEADLINE :
PROGRAM : TELAAH
PRODUSER : BHAYU SUGARDA
BACKGROUND:
Maraknya perselingkuhan menjadi salah satu yang mendorong orang untuk menyewa detektif swasta. Selain itu status pernikahan yang seringkali disembunyikan juga menjadi penyebab lainnya. Namun, yang menarik adalah detektif swasta marak di perkotaan. Apa kaitannya antara perselngkuhan dengan perkotaan? Apakah kehidupan perkotaan yang begitu individualistis yang mendorong orang untuk berselingkuh? Apakah benar masyarakat perkotaan lebih cenderung untuk melakukan perselingkuhan?
NARASUMBER : ERNA KARIN, SOSIOLOG
SOUNDBYTE TARGET:
“Perselingkuhan memang banyak terjadi di perkotaan. Jarangnya bertemu dan sifat individualistis yang kerap melanda masyarakat perkotaan juga mendorong ini terjadi...”
“Tekanan di tengah sosial masyarakat materialistis juga mendorong ini terjadi..sehingga orang cenderung menyembunyikan apa yang dianggap tidak lazim dari masyarakat...”
“kesibukan masyarakat perkotaan, karier, juga memicu orang untuk sulit berinteraksi dengan pasangan. Akhirnya yang muncul adalah kekecewaan dan pelarian...”
DATA TARGET:
• data perselingkuhan tahun 2008
• data perkawinan di bawah tangan/siri tahun 2008
VISUAL/SHOT LIST:
• set up sosiolog di tengah masyarakat yang penuh kesibukan
• format wawancara yang suram kalo bisa dipertahankan – tapi wajahnya jangan disembunyikan...hehehhe.
WISH LIST 2
REP/CAM : ASTI/ IGUN
LOCATION : PANCORAN
DURATION :
DEADLINE :
PROGRAM : TELAAH
PRODUSER : BHAYU SUGARDA
BACKGROUND:
BODY GUARD ada yang profesional dengan sejumlah skill yang memang diperlukan dalam bertugas. Seperti bela diri, penggunaan senjata api, dll. Tapi ada sebagian yang menanganggap enteng pekerjaan sebagai body guard. Padahal ada seni dibalik itu.
NARA SUMBER: Satpam yang menawarkan jasa pengamanan pribadi atau body guard
SOUNDBYTE TARGET:
“yah saya pikir pengalaman sebagai satpam cukup untuk menjadi body guard. Karena saya bisa bela diri...lagipula saya khan punya sertifikat satpam!”
“Kalo ada orang yang macam2 saya pake jurus ini...ciaaaaat”
“sejauh ini klien saya tidak pernah mengeluh. Bahkan saya pun sering diminta menjaga pak RT dan acara besar lainnya seperti 17 agustusan...”
“kalo saya berhadapan dengan preman saya tidak takut...saya tidak perlu senjata...karena saya khan punya jimat ini nih...”
DATA TARGET:
• Berapa lama bekerja sebagai satpam?
• Berapa banyak kliennya sejauh ini?
• Sudah menjadi body guard berapa lama?
• Siapa saja kliennya?
• Tarifnya berapa?
VISUAL/SHOT LIST:
• visual dia latihan
• visual dia lagi bertugas
• visual dia lagi berkumpul bersama satpam tempat dia bekerja dulu
Untuk sebuah laporan mendalam dengan durasi 30 menit, WISHLIST dibuat berdasarkan porsi dari liputan mendalam itu yang akan dilakukan keesokan harinya. Sehingga WISHLIST yang dibuat bisa lebih dari satu dan satu WISHLIST bisa melengkapi WISHLIST lainnya. Satu SEGMEN bisa dibuat dengan 4 atau 5 wishlist.
2.PRODUKSI
Rencana yang dibuat dengan WIHSLIST bisa jadi berbeda dengan kondisi lapangan. Misalnya nara sumber yang ditargetkan untuk menjadi tokoh utama cerita ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Belum lagi apabila terjadi perkembangan lain yang jauh lebih menarik. Jika ini terjadi maka seorang Produser harus memiliki alternatif rencana sehingga proses produksi tetap bisa berjalan tanpa membuang biaya percuma.
Biasanya 1 WISHLIST bisa diselesaikan dalam waktu sehari. Untuk liputan harian, hasil liputan memiliki target untuk ditayangkan pada program berita harian terdekat. Misalnya liputan pagi akan ditayangkan untuk program berita sore. Sedangkan hasil liputan siang untuk program berita harian malam. Sementara untuk laporan mendalam, liputan yang belum selesai karena satu dan lain hal bisa dilanjutkan keesokan harinya.
Berkaitan dengan lama produksi tim liputan dalam sehari, aturan yang berlaku mengikuti aturan umum karyawan yaitu sekitar 9 jam. Jam bekerja itu sudah termasuk proses membuat ‘rough-cut’ atau edit kasar dari hasil liputan bagi campers dan skrip bagi reporter, sehingga memudahkan editor yang akan meng-edit hasil liputan. Skrip akan di-edit oleh produser dan audio visual akan di-edit oleh editor visual. Dengan demikian produksi di lapangan otomatis hanya sekitar 5 s/d 6 jam. Karena itu perencanaan perlu dibuat sematang mungkin sehingga pada saat pelaksanaannya semua berjalan lancar dan hasilnya memuaskan.
3.PASCA PRODUKSI
Pada tahapan ini, skrip yang telah di-edit produser dan ‘rough cut’ buatan campers akan diserahkan kepada editor visual. Reporter akan mendampingi editor untuk membantu ‘dubbing’ atau membacakan narasi serta mendampinginya meng-edit hasil liputan. Pendampingan ini perlu agar laporan akurat baik secara narasi maupun secara audio-visual. Hasil akhir akan di-preview oleh produser sebelum akhirnya tayang. Jika ada perbaikan produser berhak meminta editor dan reporter untuk mengedit ulang laporan itu.
Sementara untuk laporan mendalam, hasil liputan reporter diserahkan kepada produser. ‘Rough cut’ buatan campers diserahkan ke editor dan skrip diserahkan ke produser untuk diolah lebih lanjut menjadi tayangan yang koheren selama 30 menit. Untuk laporan mendalam selama 30 menit lama proses produksi (pra, produksi dan pasca produksi) bisa menghabiskan waktu 2 pekan atau 14 hari.
STEP BY STEP PRODUKSI LAPORAN MENDALAM
Tahapannya kurang lebih sebagai berikut:
PRA PRODUKSI
Hari 1:
Riset topik laporan mendalam untuk pitching saat rapat redaksi. Sejumlah ide topik disiapkan produser untuk dibahas lebih jauh dalam rapat redaksi. Supervising editor dan Pemred turut menghadiri rapat itu dan kemudian memutuskan topik yang akan digarap menjadi laporan mendalam.
Hari 2:
Riset mendalam dilakukan produser bersama dengan reporter. Tujuannya agar reporter mengerti betul arah dan tujuan liputan mendalam sebuah topik tertentu. Sehingga reporter tidak lagi bingung apa yang harus dilakukannya saat berada di lapangan. Selain itu, reporter menjadi lebih terlibat dalam membangun ‘story’ dan menjadi lebih peka terhadap dinamika lapangan.
Hari 3:
Produser bekerjasama dengan reporter mulai menentukan nara sumber serta pemilihan ‘human example’ atau tokoh utama laporan mendalam itu. Setelah pemilihan nara sumber telah disepakati, reporter menghubungi nara sumber untuk membuat janji liputan keesokan harinya. Sementara produser sudah mulai merangkai cerita dan mempersiapkan WISHLIST liputan.
PRODUKSI
Hari 4 s/d 10
Liputan dilakukan selama 7 hari. Hampir setiap hari reporter membuat laporan hasil liputannya dan menyerahkannya kepada produser. Produser dan reporter juga membahas lebih jauh perkembangan di lapangan sebelum menentukan liputan keesokan harinya. Sementara campers mengumpulkan hasil ‘rough cut’ liputannya di tempat penyimpanan yang telah ditentukan sebelumnya. Selama itu produser akan mengawasi serta mengevaluasi hasil liputan sehingga bisa memutuskan apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Perlu dicatat proses produksi tidak harus 7 hari kerja karena itu tergantung seberapa jauh laporan yang diinginkan.
PASCA PRODUKSI
Hari 11 s/d 12
Dua hari terakhir produksi digunakan untuk melengkapi audio visual. Misalnya gambar cantik alias ‘beauty shot’, sekuen pembuka tayangan atau sekuen sebagai ‘bridging’ atau sekuen yang menjembatani satu bagian cerita ke bagian lainnya.
Hari 11 s/d 14
Sementara proses editing sudah berjalan. Pada hari ke-11 editor akan mem-preview gambar yang telah terkumpul dan memastikan semua gambar yang dibutuhkan skrip telah tersedia. Editor juga mengidentifikasi jika ada gambar yang kurang dan perlu ‘shot’ tambahan. Pada hari ke-12, editor sudah mulai melakukan proses editing. Proses editing akan didampingi oleh produser. Produser juga berkewajiban memberikan segala kelengkapan yang dibutukan editor dalam bekerja, seperti misalnya grafik dan ilustrasi musik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar