Cari Blog Ini

Senin, 28 Oktober 2019

Siaran Pers BNPB | 27 Oktober 2019 | 19:00 WIB Update Karhutla Pukul 18:00 WIB


Secara umum kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan sudah sangat banyak berkurang. Berdasar pantauan citra satelit Himawari oleh BMKG pada pukul 16.00 WIB, terdeteksi asap di perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung. Pantauan titik panas berdasar citra satelit MODIS oleh LAPAN menunjukkan bahwa tidak ada titik panas (hotspot) di Riau, 2 titik panas di Jambi, 59 titik panas di Sumatera Selatan, 10 titik panas di Lampung, 2 titik panas di Kalimantan Barat, 11 titik panas di Kalimantan Tengah dan 46 titik panas di Kalimantan Selatan. Arah angin menuju barat laut sehingga menyebabkan asap dari karhutla di sekitar wilayah Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan menuju ke Kota Palembang dan ke Jambi dan sekitarnya, hal ini menyebabkan kualitas udara di Bandara Mahmud Badaruddin II Palembang pada kondisi berbaya (221,4) dan Bandara Sultan Taha Jambi pada kondisi tidak sehat (48,5), sedangkan di Bandara Pekanbaru kualitas udara pada tingkat sedang (18,9). Di Kalimantan karhutla menyebabkan asap mengarah ke Kota Palangkaraya sehingga kualitas udara pada tingkat tidak sehat (36), di Kalsel kualitas udara pada tingkat sedang (17) dan di Kalbar pada tingkat sehat (8).

Pemadaman di enam provinsi prioritas tetap dilanjutkan yaitu dengan mengerahkan satgas darat untuk patroli, sosialisasi dan pemadaman; Satgas Udara dengan mengerahkan 50 pesawat yaitu 36 heli water bombing, 10 heli patroli dan 4 pesawat TMC. Sampai dengan hari ini sudah 395.115.650 liter air ditumpahkan oleh helikopter water bombing, dan 273.216 kg garam NaCl untuk operasi TMC.



Karhutla di Jawa Timur

Kondisi kemarau yang panjang menyebabkan kondisi sangat kering di beberapa gunung di Jawa dan NTB, hal ini menyebabkan Karhutla juga terjadi dibeberapa tempat yaitu di Gunung Cikuray - Jabar, Gunung Ungaran - Jateng, Gunung Sumbing - Jateng, Gunung Arjuno - Jatim, Gunung Ringgit - Jatim dan Gunung Rinjani - NTB.

Berikut adalah kondisi karhutla di Jawa Timur:

1. Kebakaran Hutan di Kabupaten Malang (Gn. Kawi)
*Waktu : Sabtu, 26 Oktober 2019, pkl 17.50 WIB
*Lokasi : petak 212, KRPH Oro Oro Ombo, wilayah administratif Kec. Pujon, Kab. Malang
*Dampak : Masih dalam pendataan.
Kondisi terkini : Api belum padam.
Ket : *Masih dalam proses pemdaman

2. Kebakaran hutan di Kab. Bondowoso (Gn. Ijen)
*Waktu: Sabtu, 19 Oktober 2019, pkl 03.00 WIB
*Lokasi: Kawasan TWA Gn. Ijen adm pemerintahan Kec. Ijen (BKSDA Ijen)
*Dampak: Luas lahan terbakar ± 73 Ha.
Kondisi terkini: Api belum padam.

3. Kebakaran hutan dan lahan di Kab. Banyuwangi (Gn. Ijen)
*Waktu : Sabtu, 19 Oktober 2019 pukul 03.10 WIB.
*Lokasi :Kawasan TWA Gn. Ijen adm pemerintahan Kec. Ijen (Gunung Rante, Gunung Ijen dan Cagar Alam Merapi Ungup Ungup), Kec. Licin
*Dampak : Lahan terbakar 500 Ha.
Kondisi terkini : Api belum padam.

4. Kebakaran hutan di Area Tahura R. Soeryo (Gn. Arjuno)*
*Waktu : Rabu, 16 Oktober 2019, pukul 12.00 WIB.
*Lokasi : Wilayah Gunung Arjuno (Kab. Mojokerto, Kab. Malang, Kab. Pasuruan dan Kota Batu).
*Dampak : Masih dalam pendataan.
Kondisi terkini : Api belum padam.
Ket : Blok bukit semar Ds. Dilem Kec. Gondang masih dilakukan pemantauan, pemadaman pada titik api yang dapat dijangkau. Kendala penanganan lokasi atau medan sulit dijangkau untuk jalur darat, perlu upaya Water Boombing.

5. Kebakaran hutan di wilayah TNBTS (Gn. Semeru)
*Waktu : Jum'at, 25 Oktober 2019, pukul 19.00 WIB.
*Lokasi : Kawasan TNBTS, Blok G.Glendang Desa Oro-oro Ombo, Kec. Pronojiwo.
*Dampak : Lahan terbakar 1,5 Ha.
Kondisi terkini : Api Sudah padam.

Operasi Pemadaman di Jawa Timur
Pemadaman karhutla di Jatim menggunakan 1 helikopter MI-8 dengan basis di Bandara Banyuwangi. Pada hari ini dilakukan pemadaman di wilayah Tamansari, Licin, Banyuwangi (Ungup-Ungup). Hari ini melakukan pemadaman dengan heli water bombing sebanyak 2 sortie.

Sortie 1
- 7 (tujuh) kali pengambilan dan pemadaman
Pukul 07.30 WIB
Heli Take off melaksanakan observasi area sasaran dilanjut pengambilan air di perairan watudodol.

Pukul 10.33 WIB
Heli kembali ke bandara internasional banyuwangi untuk melakukan istirahat dan evaluasi.

Sortie 2
- 7 (tujuh) kali pengambilan dan pemadaman
Pukul 11.59 WIB
Heli Take off melaksanakan observasi area sasaran dilanjut pengambilan air di perairan pantai watudodol
Pukul 14.46 WIB
Heli kembali ke bandara internasional banyuwangi.

Evaluasi Operasi WB
Minggu, 27 Oktober 2019, Pukul 15.30 WIB

- hari ini Heli WB sangat efisien melakukan tindakan penyiraman dengan obyek gunung Merapi ungup-ungup sebanyak 2 sorti (14 kali pengambilan dan pemadaman air)
- kondisi titik api, sudah berkurang namun belum padam karena Luasnya lahan yg terbakar di titik merapi ungup - ungup Gunung Ijen
- Target hari ini upaya penyekatan agar api tidak menjalar dapat dilaksanakan
Operasi pemadaman akan dilanjutkan besok pagi.

Informasi lebih lanjut tentang Karhutla dan operasi Pemadaman di Jatim dapat menghubungi Suban Wahyudiono Kalak BPBD Prov. Jatim Telp 0811328601.

Agus Wibowo
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

Sabtu, 26 Oktober 2019

TPPN 6: DASAR-DASAR BAHASA JURNALISTIK




Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Kita sering berkomunikasi terlebih kita selalu berinteraksi dengan suatu bahasa baik itu secara tatap muka ataupun dengan suatu alat penghubung. Dengan bahasa kita mampu mengerti apa maksud dan tujuan antara komunikan dan komunikator. Bahasa sangatlah penting untuk interaksi kita di dunia ini baik untuk tujuan bisnis, pendidikan, etnis, sejarah juga untuk kepentigan bangsa dan negara.
Bahasa juga identik dengan ciri khas suatu bangsa negara itu sendiri, menjadi suatu pembeda juga pemersatu untuk bangsa. Karna itu kita patutlah bangga dengan bahasa kita, karna dengan adanya bahasa di negara kita yaitu bahasa Indonesia, bangsa kita mempunyai ciri khas, pemersatu antar daerah natau suku juga pembeda dengan negara lain.
A. PENGERTIAN JURNALISTIK
Ragam bahasa yang kita kenal dalam bahasa Indonesia ada dua, yakni ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Salah satu bagian dari ragam bahasa tulis adalah jurnalistik.
Jurnalistik merupakan bagian dari media massa yang berhubungan dengan masyarakat luas. Maka dari itu untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas haruslah menggunakan bahasa dengan kadar kemampuan minimal. Masyarakat pembaca media terdiri dari kalangan atas sampai bawah, sehingga bahasa yang digunakan juga harus disesuaikan kemampuan dengan pembaca. Itulah sebabnya bahasa yang digunakan harus memasyarakat sesuai dengan bahasa yang digunakan sehari-hari.
Bahasa yang digunakan dalam jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari sehingga semua orang yang melek aksara dapat dengan mudah mencerna isi atau pesan yang disampaikan. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari, namun tidak boleh asal dalam menulis bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik juga harus sesuai dengan norma tata penulisan yakni kaidah yang berlaku, dalam hal ini harus sesuai dengan EYD. Selain itu, kalimat yang digunakan juga harus mempertimbangkan unsur kohesi dan koherensi sehingga tidak menimbulkan kerancuan agar mudah dimengerti oleh khalayak.
Bahasa jurnalistik mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan ini seiring dengan perkembangan masyarakat, sehingga seringkali muncullah istilah baru untuk menggambarkan kondisi masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik selalu mengalami perkembangan setiap harinya sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
Masa edar yang terbatas dari media massa membuat materi berita cepat basi. Periode suatu berita ada yang harian, mingguan, dan bulanan. Bisa saja berita yang dibaca hari ini sudah tidak aktual lagi untuk dibaca esok harinya. Atau bisa saja suatu berita mempunyai kesinambungan cerita bahkan selalu menarik untuk diikuti setiap harinya sampai berita itu dirasa sudah membosankan, contohnya berita tentang Denni Indrayana, ”Wamen Menampar Penjaga Lapas”.
Hal ini tentu berbeda dengan buku atau bacaan lainnya yang membutuhkan waktu lama untuk membaca. Sifat dan isi buku juga tidak terbatas oleh waktu sehingga sebuah buku bisa dibaca kapan saja dan tetap menarik untuk dibaca tanpa dibatasi oleh waktu. Sebaliknya, bagi para pembaca media massa dalam membaca sebuah berita mereka tidak membutuhkan waktu lama, bahkan ada juga yang membacanya sambil lalu. Hal ini dikarenakan sifat berita yang cepat basi dan pembaca hanya membutuhkan informasi yang up to date saja. Itulah perbedaan antara media massa dan buku.
B. PENGERTIAN BAHASA JURNALISTIK
BahasaJurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pulaNewspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak dan online), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.
C. CIRI-CIRI BAHASA JURNALISTIK
Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.
Marshall McLuhan sebagai penggagas teori “Medium is the message” menyatakan bahwa setiap media mempunyai tatabahasanya sendiri yakni seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagai alat indra dalam hubungannya dengan penggunaan media. Setiap tata bahasa media memiliki kecenderungan (bias) pada alat indra tertentu. Oleh karenanya media mempunyai pengaruh yang berbeda pada perilaku manusia yang menggunakannya (Rakhmat, 1996: 248).
Secara lebih seksama bahasa jurnalistik dapat dibedakan pula berdasarkan bentuknya menurut media menjadi bahasa jurnalistik media cetak, bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online internet. Bahasa jurnalistik media cetak, misalnya, kecuali harus mematuhi kaidah umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri yang sangat khusus yang membedakannya dari bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik TV, dan bahasa jurnalistik media online internet.
Terdapat 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media berkala tersebut. yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata. (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari pengunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah etika (Sumadiria, 2005:53-61). Berikut perincian penjelasannya.
1. Sederhana Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau. kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.
2. Singkat Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-¬kolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beraneka ragam. Konsekwensinya apa pun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakteristik pers.
3. Padat Menurut. PatmonoSK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalislik (1996: 45), padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap  kalimat dan paragrap yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalinat yang singkat tidak berarti memuat banyak informasi. Sedangkan kaliamat yang padat, kecuali singkat juga mengandung lebih banyak informasi.
4. Lugas Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingunglian khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.
5.  Jelas Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai contoh, hitam adalah wara yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna itu disandingkan, maka terdapat perbedaan yang tegas mana disebut hitam, mana pula yang disebut putih. Pada. Kedua warna itu  sama sekali tidak ditemukan nuansa warna abu-abu. Perbedaan warna hitam dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan  kaidah subjek-objek-predikat- keterangan (SPOK), jelas sasaran atau maksudnya.
6.Jernih Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Sebagai bahan bandingan, kita hanya dapat menikmati keindahan ikan hias arwana atau oscar hanya pada akuarium dengan air yang jernih bening. Oscar dan arwana tidak akan melahirkan pesona yang luar biasa apabila dimasukkan  ke dalam kolam besar di persawahan yang berair keruh. Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan  kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan public. Dalam bahasa kiai, jermh berarti bersikap berprasangka baik (husnudzon) dan sejauh mungkin menghindari prasangka buruk (suudzon). Menurut orang komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan pola piker positif (positive thinking) dan menolak pola pikir negative (negative thinking). Hanya dengan pola pikir positif kita akan dapat melihat semua fenomena dan persoalan yang terdapat dalam masyarakat dan pemerintah dengan kepala dingin, hati jernih dan dada lapang. Pers, atau lebih luas lagi media massa, di mana pun tidak diarahkan untuk membenci siapa pun. Pers ditakdirkan untuk menunjukkan sekaligus mengingatkan tentang kejujuran, keadilan, kebenaran, kepentingan rakyat.  Tidak pernah ada dan memang tidak boleh ada, misalnya hasutan pers untuk meraih kedudukan atau kekuasaan politik sebagaimana para anggota dan pimpinan partai politik.
7. Menarik Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku. Bahasa ilmiah merujuk pada pedoman: benar dan baku saja. Inilah yang menyebabkan karya-karya ilmiah lebih cepat melahirkan rasa kantuk ketika dibaca daripada memunculkan semangat dan rasa penasaran untuk disimak lebih lama. Bahasa jurnalistik hasil karya wartawan, sementara karya ilmiah hasil karya ilmuwan. Wartawan sering juga disebut seniman. Bahasa jurnalistik menyapa khalayak pembaca dengan senyuman atau bahkan cubitan sayang, bukan dengan mimik muka tegang atau kepalan tangan dengan pedang. Karena itulah, sekeras apa pun bahasa jurnalistik, ia tidak akan dan tidak boleh membangkitkan kebencian serta permusuhan dari pembaca dan pihak mana pun. Bahasa jurnalistik memang harus provokatif tetapi tetap merujuk kepada pendekatan dan  kaidah normatif. Tidak semena-mena, tidak pula bersikap durjana. Perlu ditegaskan salah satu fungsi pers adalah edukatif. Nilai dan nuansa edukatif itu, juga harus tampak pada bahasa jurnalistik pers.
8. Demokratis Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana di jumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik menekankan  aspek fungsional dan komunal, sehingga samasekali tidak dikenal pendekatan feudal sebagaimana  dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan kraton. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun apakah presiden atau tukang becak, bahkan pengemis dan pemulung secara sama.Kalau dalam berita disebutkan presiden mengatakan, maka kata mengatakan tidak bisa atau harus diganti dengan kata bersabda. Presiden dan pengemis  keduanya tetap harus ditulis mengatakan. Bahasa jurnalistik menolak pendekatan diskriminatif dalam penulisan berita, laporan, gambar,  karikatur, atau teks foto. Secara ideologis, bahasa jurnalistik melihat setiap individu memiliki kedudukan yang sama  di depan hukum schingga orang itu tidak boleh diberi pandangan serta perlakuan yang berbeda. Semuanya sejajar dan sederajat. Hanya menurut perspektif nilai berita (news value) yang membedakan diantara keduanya. Salah satu penyebab utama mengapa bahasa Indonesia dipilih dan ditetapkan sebagai bahasa negara, bahasa pengikat  persatuan dan kesatuan bangsa, karena. bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia memang sangat demokratis. Sebagai contoh, prisiden makan, saya makan, pengemis makan, kambing makan.
9.  Populis Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran  khalayak pembaca, pendengar, atau. pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari pengamen sampai seorang presiden, para pembantu rumah tangga sampai ibu-ibu pejabat dharma wanita. Kebalikan dari populis adalah elitis. Bahasa yang elitis adalah bahasa yang hanya dimengerti dan dipahami segelintir kecil orang saja, terutama mereka yang berpendidikan dan berkedudukan tinggi.
10.  Logis Logis berarti apa  pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraph jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense). Bahasa jurnalistik harus dapat diterima dan sekaligus mencerminkan nalar. Di sini berlaku hokum logis. Sebagai contoh, apakah logis kalau dalam berita dikatakan: jumlah korban tewas dalam musibah longsor dan banjir banding itu 225 orang namun sampai berita ini diturunkan belum juga melapor.. Jawabannya tentu saja sangat tidak logis, karena mana mungkin korban yang sudah tewas, bisa melapor? Menurut salah seorang wartawan senior Kompas dalam bukunya yang mengupas masalah kalimat jumalistik, dengan berbekal kemampuan menggunakan logika (silogisme), seorang wartawan akan lebih jeli menangkap suatu keadaan, fakta, persoalan, ataupun pernyataan seorang sumber berita. Ia akan lebih kritis, tidak mudah terkecoh oleh sumber berita yang mengemukakan peryataan atau keterangan dengan motif-mo¬tif tertentu (Dewabrata, 2004:76).
11. Gramatikal Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya. Bahasa baku adalah bahasa yang paling besar pengaruhnya dan paling tinggi wibawanya pada suatu bangsa atau kelompok masyarakat. Contoh berikut adalah bahasa jurnalistik nonbaku atau tidak gramatikal: Ia bilang, presiden menyetujui anggaran pendidikan dinaikkan menjadi 15 persen dari total APBN dalam tiga tahun ke depan. Contoh bahasa jumalistik baku atau gramatikal: Ia mengatakan, presiden menyetujui anggaran pendidikan dinaikkan menjadi 25 persen dari total APBN dalam lima tahun ke depan.
12. Menghindari kata tutur Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Kata tutur ialah kata-kata yang digunakan dalam percakapan di warung kopi, terminal, bus kota, atau di pasar. Setiap orang bebas untuk menggunakan kata atau istilah apa saja sejauh pihak yang diajak bicara memahami maksud dan maknanya. Kata tutur ialah kata yang hanya menekankan pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa. Contoh kata-kata tutur: bilang, dilangin, bikin, diksih tahu,  mangkanya, sopir, jontor, kelar, semangkin.
13.   Menghindari kata dan istilah asing Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak  diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif juga membingungkan. Menurut teori komunikasi, khalayak media massa anonym dan heterogen. tidak saling mengenal dan benar-benar majemuk, terdiri atas berbagai suku bangsa, latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, profesi dan tempat tinggal. Dalam perspektif teori jurnalistik, memasukkan kata atau istilah asing pada berita yang kita tulis, kita udarakan atau kita tayangkan, sama saja dengan sengaja menyebar banyak duri di tengah jalan. Kecuali menyiksa diri sendiri, juga mencelakakan orang lain.
14.  Pilihan kata (diksi) yang tepat Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektifitas. Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khlayak. Pilihan kata atau diksi, dalam bahasa jurnalistik, tidak sekadar hadir sebagai varian dalam gaya, tetapi juga sebagai suatu keputusan yang didasarkan kepada pertimbangan matang untuk mencapai efek optimal terhadap khalayak. Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal. Seperti ditegaskan seorang pakar bahasa terkemuka, pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata itu. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan,  tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai arstistik yang tinggi (Keraf, 2004:22-23).
15.  Mengutamakan kalimat aktif Kalimat akiff lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Sebagai contoh presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presided.Contoh lain, pencuri mengambil  perhiasan dari dalam almari pakaian, dan bukan diambilnya perhiasan itu dari dalam almari pakaian oleh pencuri. Bahasa jurnalistik harus.jelas susunan katanya, dan kuat maknanya (clear and strong). Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan mengaburkan pemahaman.
16.  Menghindari kata atau istilah teknis Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Bagaimanapun kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang heterogen. Kecuali tidak efelitf, juga mengandung unsur pemerkosaan. Sebagai contoh, berbagai istilah teknis dalam dunia kedokteran, atau berbagai istilah teknis dalam dunia mikrobiologi, tidak akan bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dipaksakan untuk dimuat dalam berita, laporan, atau tulisan pers. Supaya mudah dicerna dan mudah dipahami maksudnya, maka istilah-istilah teknis itu harus diganti dengan istilah yang bisa dipahami oleh masyarakat umum. Kalaupun tak terhindarkan, maka istilah teknis itu harus disertai penjelasan dan ditempatkan dalam tanda kerung. Surat kabar, tabloid, atau majalah yang lebih banyak memuat kata atau istilah teknis, mencerminkan media itu : (1) kurang melakukaii pembinaan dan pelatihan terhadap wartawannya yang malas, (2) tidak memiliki editor bahasa, (3) tidak memiliki buku panduan peliputan dan penulisan berita serta laporan, atau (4) tidak memiliki sikap profesional. dalam mengelola penerbitan pers yang berkualitas.
17.  Tunduk kepada kaidah etika Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi, mendidik (to educated), Fungsi ini bukan saja harus, tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-aritikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran tapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu. Pers berkualitas senantiasa menjaga reputasi dan wibawa martabatnya di mata masyarakat, antara lain dengan senantiasa menghindari penggunaan kata-kata atau istilah yang dapat diasumsikan tidak sopan, vulgar, atau mengumbar selera rendah. Kata-kata vulgar, kata-kata yang menjurus pornografi, biasanya lebih banyak ditemukan pada pers popular lapis bawah dan pers kuning (Sumadiria,2005: 53-61).

DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Anwar, Rosihan. 2004. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi.Yogyakarta: Media Abadi.
Sumadiria, Haris. 2006. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
SUMBER LAIN:




Kamis, 17 Oktober 2019

TPPN 5: Cara Meliput Peristiwa



Teknik Reportase
Meliput berita dan menggali informasi memiliki tahapan
• Lapisan pertama: Adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, pidato, dan sebagainya. Informasi disediakan narasumber sehingga masih sepihak.
• Lapisan kedua: Adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal.
• Lapisan ketiga: Adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa, penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya.

Liputan Investigasi
• Liputan investigasi (investigatif reporting) adalah praktik jurnalisme, yang menggunakan metode investigasi dalam mencari informasi (Satrio Arismunandar) Karakter
1. Merupakan produk kerja asli jurnalis bersangkutan, bukan hasil investigasi dari sebuah instansi pemerintah atau nonpemerintah.
2. Mengandung informasi yang tidak akan terungkap tanpa usaha si jurnalis
3. Berkaitan dengan kepentingan publik. 

Bentuk
1. Pelaporan investigatif orisinal (original investigative reporting): Melibatkan reporter itu sendiri dalam mengungkap dan mendokumentasikan berbagai aktivitas subjek, yang sebelumnya tidak diketahui oleh publik. Jurnalis mungkin menggunakan taktik mirip dengan kerja polisi. Seperti, penggunaan tenaga informan, pemeriksaan catatan/data publik, bahkan dalam situasi tertentu pemantauan aktivitas dengan sembunyi sembunyi dan penggunaan penyamaran.3. Pelaporan terhadap investigasi (reporting on investigations): Pelaporan berkembang dari temuan awal atau bocoran informasi, dari sebuah penyelidikan resmi yang sudah berlangsung atau yang sedang dipersiapkan oleh pihak lain, biasanya oleh badan badan pemerintah.
2. Pelaporan investigatif interpretatif (interpretative investigative reporting): Pelaporan interpretatif berkembang sebagai hasil dari pemikiran dan analisis yang cermat, terhadap gagasan serta pengejaran fakta fakta yang diikuti, untuk memadukan semua informasi itu dalam konteks yang baru dan lebih lengkap.

Cara Menemukan Fakta
• Mempelajari sumber sumber yang sering diabaikan, seperti arsip, rekaman pembicaraan telepon, buku alamat, catatan pajak, dan perizinan.
• Bicara kepada warga di lingkungan sekitar atau sumber anonim yang bocorkan informasi. • Menggunakan sumber riset berlangganan (di internet).
• Melakukan penyamaran. 


Jenis Berita
1. Berita Langsung ( Straight News ) : Berita tentang peristiwa yang penting dan harus segera disampaikan kepada pembaca.
2. Berita Ringan ( Soft News ) : Berita yang menampilkan sesuatu yang menarik, penting dan bersifat informatif.
3. Berita Kisah (Feature): Tulisan mengenai kejadian tyang dapat menggugah perasaan dan menambah pengetahuan pembaca melalui penjelasan yang rinci, lengkap, mendalam dan tidak terpengaruh waktu.PLAY

Rumus Menulis 5 W + 1 H
1. What : Apa yang terjadi
2. Where: Tempat Kejadian/dimana terjadi
3. When: Waktu sebuah peristiwa/kapan terjadi
4. Who: Sumber dan tokoh yang menjadi pemeran utama dalam berita/Siapa
5. Why: Mengapa peristiwa itu terjadi
6. How: Bagaimana kejadian, situasi/suasana

Penulisan Lead
1. Berisi kalimat langsung yang mudah dimengerti pembaca
2. Mencakup unsur 5W + 1H
3. Ditempatkan di alinea pertama
4. Maksimal tiga kalimat yang tidak bertele-tele
5. Merupakan bagian terpenting dari berita Isi Berita

• Merupakan pengembangan Why dan How
• Memuat kutipan berupa pernyataan yang dinyatakan langsung dari sumber berita. Kutipan berfungsi sebagai penguat kalimat sebelumnnyaLead (Kepala Berita) Kalimat yang menjadi bagian terpenting dari sebuah berita sehingga menempati alinea pertama dari sebuah berita. Fungsinya sebagai penarik perhatian dan identitas berita. Lead bisa mengedepankan salah satu dari unsur 5W + IH

Teknik reportase atau teknik peliputan berita merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai para jurnalis. Namun, membahas teknik reportase, berarti juga membahas bagaimana cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk meliput suatu acara, kegiatan atau peristiwa.Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional (editorial policy).

Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya. 

Secara sosiologis berita merupakan semua hal yang terjadi di dunia. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide baru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet (Haris Sumadiria 2005, 65).
Menurut pakar jurnalistik berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan Televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita, berita biasanya menyangkut orang- orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi didunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan.

Paul De Massenner dalam buku Here’s The News: Unesco Associate menyatakan news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media massa dalam arti sempit dan tradisional, melainkan juga radio, televisi, film, dan internet atau media massa dalam arti luas dan modern. Berita pada awalnya memang hanya milik surat kabar. Tetapi sekarang berita telah juga menjadi darah daging radio, telebisi, dan internet. Tak ada media tanpa berita, sebagaimana halnya tak ada berita tanpa media.

Jenis Jenis Berita
Straight News Report
Laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita- berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat.
Depth News Report
Laporan yang sedikit berbeda dengan straight news report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.
Comprehensive News
Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek, berita menyeluruh sesungguhnya merupakan jawaban terhadap kritik kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung (staright news). Sebagai gambaran berita langsung bersifat sepotong-potong, tidak utuh, hanya merupakan serpihan fakta, berita langsung seperti tidak peduli dengan hubungan atau keterkaitan antara berita satu dan berita yang lain. maka dari itu berita menyeluruh mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.
Interpretative report
Berita ini biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini.
Feature story
Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. Penulis feature menyajikan pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor dari pada pentingnya informasi yang disajikan.
Depth reporting
Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.

Teknik mencari berita
Pada bagian ini akan menguraikan tentang pokok dua bahasan utama. Pertama, bagaimana kita mencari dan meliput berita sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO) jurnalistik. Kedua, bagaimana kita menulis berita, disini kita bicara tentang anatomi berita, pola piramida terbalik, arti dan fungsi teras berita, dan jenis-jenis teras berita.

Berita Diduga melalui meeting
Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik, prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Kita harus bisa mencari dan menciptakan berita, proses pencarian dan penciptaan berita dimulai di ruang redaksi melalui forum rapat proyeksi. Menurut Haris Sumadiria rapat proyeksi diselenggarakan secara rutin, berpijak kepada tiga asumsi dasar.

Berita diduga yang baik hanya bisa diperoleh melalui persiapan perencanaan yang baik
Masyarakat kita semakin dinamis dan kritis sebagai dampak langsung bergulirnya era reformasi
. Media masa sebagai industri jasa komunikasi dan informasi, kini dihadapkan pada pola kompetisi yang ketat, keras, dan tajam

Berita Tak Diduga melalui Hunting
Untuk berita yang sifatnya tiba-tiba atau tidak terduga, kita harus bisa dan pandai berburu, kita harus hunting. Sebagai hunter kita harus memiliki beberapa kemampuan dasar. Kita harus memiliki kepekaan berita yang tajam, daya pendengaran berita yang baik serta mengembangkan penciuman berita yang tajam.
Setelah itu barulah kita dituntut untuk memiliki keterampilan prima dalam penulisan berita. Ini hanya mungkin tercapai apabila kita sangat menguasai teori dan aplikasi bahasa. Bagi jurnalis, penguasaan bahasa adalah prasyarat dasar, sifatnya mutlak, tak bisa ditaawar-tawar lagi.

Dalam proses pencarian berita kita akan mempelajari beberapa teknik mendasar, perlu diingat teknik- teknik ini tidak dapat berdiri sendiri, artinya bisa saja proses pencarian berita dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik secara bersamaan, beberapa teknik pencarian berita adalah sebagai berikut :

Observasi
Secara sederhana observasi merupakan pengamatan terhadap realitas sosial. Ada pengamatan langsung, ada juga pengamatan tak langsung. Seseorang dikatakan melakukan pengamatan langsung bila ia menyaksikan sebuah peristiwa dengan mata kepalanya sendiri, pengamatan ini bisa dilakukan dalam waktu yang pendek dan panjang. Pendek artinya setelah melihat sebuah peristiwa dan mencatat seperlunya. Contoh : peristiwa kecelakaan lalu lintas. Sedangkan panjang berarti seseorang berada dalam tempat kejadian dalam waktu yang lama. Contoh : peristiwa bencana alam.
Seseorang dikatakan melakukan pengamatan tidak langsung bila ia tidak menyaksikan peristiwa yang terjadi, melainkan mendapat keterangan dari orang lain yang menyaksikan peristiwa itu. Misalnya penemuan mayat suami-istri disebuah rumah. Si A mendapat informasi bahwa dijalan melati no 24 ditemukan sepasang mayat suami-istri. Pengamatan disini tidak sama persis dengan pengamatan seorang peneliti. Seorang peneliti melakukan pengamatan berdasarkan konsep dan hipotesis, hasilnya biasanya dilaporkan dengan disertai pemecahan masalah ala mereka. Sedangkan seorang pers melakukan pengamatan untuk melaporkan kejadian sebuah peristiwa apa adanya.

Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan reporter atau wartawan dengan narasumber untuk memperoleh informasi menarik dan penting untuk diinginkan (Haris Sumadiria 2005, 103).
Menurut Newsom dan wollert dalam media writing menegaskan wawancara merupakan alat utama dalam proses pengumpulan bahan berita, dengan wawancara reporter atau wartaawan akan dapat menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin dari narasumber.
Untuk bisa mencapai hasil seperti itu,tentu saja diperlukan pengetahuan serta kemampuan dasar dari reporter atau wartawan dalam proses wawancara. Ia harus memahami maksud dan tujuan wawancara, menguasai topik dan materi wawancara, serta dapat menata dengan baik organisasi wawancara, ia harus tahu kapan (timing), dimana, dan dalam situasi apa sebaiknya wawancara dilakukan, ia juga harus bisa mendeteksi dan mengevaluasi, apakah informasi yang dicarinya sudah diperoleh dengan memadai.

Menurut Jonathan wawancara yang baik harus memenuhi delapan persyaratan
Mempunyai tujuan yang jelas
Efisien
Menyenangkan
Mengandalkan persiapan dan riset awal
Melibatkan khalayak
Menimbulkan spontanitas
Pewawancara sebagai pengendali
Mengembangkan logika

Dalam melakukan wawancara juga harus memperhatikan beberapa hal antara lain
Menjaga suasana
Bersikap wajar
Memelihara situasi
Tangkas dalam menarik kesimpulan
Menjaga pokok persoalan
Kritis
Sopan santun


Konferensi pers
Pernyataan yang disampaikan seseorang yang mewakili sebuah lembaga mengenai kegiatannya kepada para wartawan. Biasanya menyangkut citra lembaga, peristiwa yang sangat penting dan bersifat insidental. Tetapi, tidak jarang bersifat periodik, seperti konferensi pers menteri luar negeri, yang berlangsung seminggu sekali. Pada setiap konferensi pers, setiap wartawan memiliki hak yang sama untuk mengajukan pertanyaan kepada orang yang memberikan konferensi pers, umumnya lalulintas informasi dalam konferensi pers dilakukan lewat dialog langsung. Tetapi ada juga yang menggunakan informasi tertulis yang dibagikan kepada para wartawan.

Press Release
Bisa diartikan sebagai siaran pers yang dikeluarkan oleh suatu lembaga, satu organisasi atau seorang individu secara tertulis untuk para wartawan. Ia mewakili kepentingan lembaga, organisasi atau individu. Itulah sebabnya media massa cetak yang besar tidak mau memuat siaran pers ini, juga tidak ada kesempatan bagi para wartawan untuk bertanya kepada pihak yang mengeluarkan siaran pers tentang siaran pers. Inilah yang membedakannya dengan konferensi pers, tegasnya pada press release tidak ada tanya jawab dengan wartawan dan narasumber, sedangkan pada konferensi pers ada.

Rabu, 16 Oktober 2019

TPPN 4: MENGIDENTIFIKASI FAKTA DALAM PERISTIWA



Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
Tarigan (1990:35) mengutip pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif merupakan studi seksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Yang termasuk membaca intensif ini adalah membaca dengan pemahaman. Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal (luar biasa), atau kontroversial (perdebatan) yang berkembang di masyarakat.

Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. Tajuk rencana mempunyai sifat: 1.      Krusial (genting/gawat) dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).
2.      Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas, baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
3.      Anonim (tanpa identitas/tanpa mencantumkan nama penulis) Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi, proses sebelum penulisan tajuk rencana terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.

Ada 2 jenis tajuk rencana berdasarkan golongan/sifat:
Tajuk rencana golongan pers menengah ke atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas memiliki ciri-cirinya:
a.      Hati-hati (tidak menyebut nama orang yang sedang diberitakan)
b.      Normatif (menurut aturan yang berlaku)
c.       Cenderung konservatif (bersikap sesuai keadaan, mempunyai ciri khas tertentu, tradisi)
d.      Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologi.

Tajuk rencana dari golongan pers tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya.
Ciri-cirinya:
a.      Lebih berani (langsung menyebut nama orang yang diberitakan)
b.      Atraktif (mempunyai daya tarik untuk semua kalangan)
c.       Progresif (bersifat memberi perubahan/ kemajuan)
d.      Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis
Pengertian fakta adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kebenarannya.
Ciri-ciri fakta:
1.        Benar-benar terjadi;
2.        Waktu, tempat, dan tanggal peristiwa jelas;
3.        Diperkuat dengan angka-angka.

Jenis fakta
a.      Fakta umum, adalah kebenaran yang berlaku sepanjang zaman dari dulu sampai sekarang. Atau informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya.
Contoh:
1)      Matahari terbit di sebelah Timur.
2)      Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
3)      Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya.
4)      Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.
b.      Fakta khusus (spesifik), adalah kebenaran yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Atau Informasi yang berisi kejadian/peristiwa lalu dijelaskan secara terperinci dan detail.
Contoh:
1)        Pak Yayan makan bakso.
2)        Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya di Bandara Juanda Surabaya kemarin siang.
3)         Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Diponegoro dan warung pinggiran terkena razia kemarin pagi.

Pendapat atau opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji, karena bentuknya masih berupa pendapat. Kalimat yang mengungkapkan pendapat penulis biasanya ada kata, menurut saya, sepertinya, bagus sekali, sangat (bagus), dan sejenisnya, maka kalimat tersebut berupa kalimat opini. Kalimat opini dibedakan menjadi kalimat opini perorangan dan opini umum.
Ciri-ciri opini:
1.      Belum terjadi (baru rencana);
2.      Berupa pendapat;
3.      Bersifat  subjektif;
4.      Keterangannya belum jelas.

Jenis opini
1.      Opini perorangan (subjektif) : pendapat berdasarkan pandangan pribadi/orang-orang tertentu saja. Contoh:
·         Menurut para ahli, pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 400 juta jiwa.
·         Menurut saya, pakaian yang dikenakan pria itu sepertinya bagus sekali. ·         Sepertinya jalanan ini akan banjir. 2.      Opini umum (objektif) : pendapat berdasarkan pandangan (orang banyak/ khalayak umum).
Contoh:
·         Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri sendiri.
·         Terjadinya tsunami pada tahun 2004 di daerah Aceh menewaskan banyak korban.
·         Dengan giat belajar dan tekun, akan menjadikan kita semakin pandai.

Banyaknya
informasi  yang hadir di berbagai media bikin kita kebanjiran informasi. Tapi, lo patut berhati-hati nih bro. Pasalnya, nggak semua informasi yang hadir itu benar 100% dan malah merupakan hoaks nggak jelas. Nah, ada baiknya nih lo perlu waspada dan bisa memilah mana informasi yang benar dan palsu.
Ini dia cara membedakan berita hoax  dengan berita  yang benar
1. Nama dan situs media nggak jelas
Sebelum konsumsi berita, lo patut nih perhatikan nama dan situs media yang menyebarkan beritanya itu. Kalau nama dan situs media nggak jelas, contohnya berdomain blog biasa atau nama media terkesan provokatif. Ada baiknya lo mengonsumsi berita  dari media-media yang memang sudah terpercaya dan kredibel bro
2. Judul umumnya provokatif
Pertama kali baca berita  pasti dari judulnya dulu kan. Nah, kalau memang judulnya sudah terkesan provokatif itu bisa jadi salah satu ciri berita hoaks. Contohnya nih, di judul sudah menuding kesalah satu pihak, menggunakan kata-kata kasar atau umpatan negatif
3. Cek n ricek dari Berbagai Sumber
Jangan mudah percaya dari satu sumber berita. Pastikan dulu kejelasan isi berita  tersebut dari beberapa sumber lain. Ini penting untuk bisa membedakan isi berita  yang lo baca hoax  atau tidak.
4. Cek foto dan video
Nggak cuma dari tulisannya aja sob yang perlu lo cek hoax  atau tidak. Foto dan video pun harus lo cek keasliannya. Jangan-jangan foto dan video itu sebenarnya bukan terkait kejadian sesuai berita, tapi ambil dari peristiwa lama atau beda konteks
5. Nama penulis
Berita yang benar itu harusnya ada nama penulis yang tercantum. Hal itu karena si penulis lah yang bertanggung jawab penuh soal isi beritanya. Kalau nggak ada patut diragukan nih, soalnya nggak ada pihak yang jadi penanggung jawab dari berita tersebut.
Intinya sih ya sob, lo perlu selalu hati-hati dalam mengonsumsi berita. Jangan asal percaya dan share gitu aja berita yang belum jelas kebenarannya. Pastikan juga lo baca berita sampai akhir ya, jangan cuma kemakan judul dan tulisan awalnya aja. Yuk lebih cermat dan cerdas dalam mengonsumsi atau menyebarkan berita!


Selasa, 15 Oktober 2019

TPPN 3: Palsu atau nyata? Cara Memeriksa Diri Berita dan Mendapatkan Fakta



Berita palsu dapat mengakibatkan konsekuensi dalam kehidupan sehari-hari. Beredarnya informasi palsu, menjadi masalah besar pada saat-saat ini. Kisah-kisah berita palsu mendapat banyak perhatian. Seperti berita di tajuk utama tentang klaim bahwa pemimpin agama Katolik Paus Francis mendukung Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika pada November 2016, mengakibatkan situs-situs media seperti American News menyuarakan berita yang diduga menyesatkan atau bahkan mengambil kutipan di luar konteks.

Ketika situs-situs seperti DC Gazette – menyiarkan informasi tentang orang-orang yang diduga menyelidiki keluarga Clinton ditemukan tewas, kisah-kisah itu menjadi viral dan beberapa orang bahkan jadi mempercayainya. Padahal, kisah-kisah seperti itu merupakan informasi palsu, yang tidak dibenarkan dengan cara apa pun. 

Pelacakan terhadap para pembuat berita palsu tentu terus dilakukan oleh aparat penegak hukum, sehingga aparat pun menggunakan berbagai teknik dan teknologi untuk melacak para pembuat berita palsu.

Menghentikan penyebaran berita palsu bukan hanya tanggung jawab platform atau sosial media yang digunakan untuk menyebarkannya. Mereka yang mengkonsumsi berita juga perlu menemukan cara untuk menentukan apakah yang mereka baca itu benar.
Berikut beberapa tips untuk mengetahui kebenaran fakta, apakah informasi yang beredar tersebut palsu atau sesuai fakta.

Setiap orang harus memiliki pemahaman mendasar tentang literasi media. Dan berdasarkan penelitian yang baru-baru ini dirilis oleh para peneliti dari Universitas Stanford, di Amerika Serikat -- banyak orang tidak memiliki pemahaman mendasar tentang literasi media.

Sam Wineburg, seorang profesor pendidikan dan sejarah di Stanford dan penulis utama studi ini menyatakan, untuk mengatasi hal ini, diharapkan setiap pembaca media, membaca seperti mereka pun sebagai si pemeriksa fakta.
Bagaimana pemeriksa fakta melakukan tugasnya?

Alexios Mantzarlis, direktur Jaringan Pengecekan Fakta Internasional di Poynter, mengatakan bahwa pemeriksa fakta melalui beberapa proses untuk setiap klaim yang mereka tangani. “Setiap orang akan menjaga klaim, jika ada suatu informasi yang dapat diverifikasi secara objektif, Anda akan mencari sumber primer terbaik dari topik yang dibahas. 

Temukan apakah informasi tersebut cocok, justru membantah atau bahkan membuktikan klaim yang dibuat, dan dengan semua keterbatasan data dan apa data tersebut mengatakan hal lain tentang klaim yang dibuat," ujar Mantzarlis.

Itulah kerangka acuan cek fakta bagi para profesional, tetapi ada cara lain bagi semua orang untuk melakukan penyelidikan fakta. Melissa Zimdars, asisten profesor komunikasi dan media di Merrimack College di North Andover, Mass mengungkapkan. Ketika dia melihat murid-muridnya mereferensikan sumber-sumber yang dipertanyakan, dia menyusun berbagi dokumen bersama murid-muridnya tentang bagaimana berpikir terkait asal sumber, serta daftar informasi yang menyesatkan, terutama berasal dari situs satir dan palsu.

Baik Mantzarlis dan Zimdars sepakat terdapat beberapa praktik terbaik yang dapat digunakan setiap orang ketika membaca artikel online.

1. Perhatikan domain dan URL
Organisasi media yang telah mapan biasanya memiliki domain dan memiliki tampilan standar yang mungkin telah anda kenal. Situs dengan akhiran seperti .com.co akan membuat para pembaca lebih memperhatikan dan memberi tambahan keingintahuan bahwa si pembaca perlu menggali lebih dalam, untuk melihat apakah mereka dapat mempercayai situs tersebut. Hal ini untuk menentukan kebenaran bahkan ketika situs terlihat profesional dan memiliki logo yang sedikit banyak telah dikenal masyarakat. Misalnya, abcnews.com adalah sumber berita yang sah, tetapi abcnews.com.co bukanlah sumber berita yang sah, meskipun tampilannya serupa.

2. Baca bagian di situs "Tentang Kami"
Sebagian besar situs mengunggah informasi tentang rubrik berita, perusahaan yang menjalankannya, daftar redaksi, dan pernyataan visi-misi dan kode etik organisasi media. Bahasa yang digunakan sangat mudah. Jika dalam artikel yang dimuat terlalu melodramatik dan terkesan berlebihan, sang pembaca harus skeptis. Selain itu, para pembaca pun harus dapat menemukan lebih banyak informasi tentang para pemimpin redaksi tersebut, selain di situs itu.

3. Lihatlah kutipan dalam sebuah cerita
Sebagian besar publikasi memiliki banyak sumber dalam setiap cerita yang diterbitkan secara profesional dan para nara sumber itu memiliki keahlian di bidang yang mereka bicarakan. Jika terdapat masalah serius atau kontroversial, ada kemungkinan besar akan terdapat banyak kutipan. Cari profesor atau akademisi lain yang dapat berbicara tentang persoalan yang dibahas, dikaitkan dengan penelitian yang telah mereka lakukan. Dan jika mereka berbicara tentang penelitian, si pembuat berita juga harus mempelajari isi studi itu.

4. Lihatlah siapa yang mengatakannya
Kemudian, lihat siapa yang menyatakan sesuatu dalam kutipan, dan apa yang mereka katakan. Apakah mereka sumber yang memiliki reputasi baik, dengan judul yang dapat Anda verifikasi melalui pencarian cepat Google?

5. Periksa komentarnya
Banyak dari cerita palsu yang menyesatkan, dibagikan di platform media sosial. Biasanya masyarakat hanya membaca secara singkat dari judur berita utamanya, yang memang bertujuan untuk mendapatkan perhatian pembaca. Tetapi seharusnya judul bisa mencerminkan secara akurat tentang apa cerita tersebut.

Akhir-akhir ini, hal itu tidak terjadi. Berita utama/ atau headline sering kali ditulis dalam bahasa yang berlebihan dengan maksud menyesatkan dan kemudian dilampirkan pada cerita yang tentang topik yang sama sekali berbeda atau tidak benar. Kisah-kisah ini biasanya menghasilkan banyak komentar di Facebook atau Twitter. Jika banyak dari komentar ini menyebut artikel itu sebagai palsu atau menyesatkan, mungkin baru terungkap bahwa berita itu adalah berita palsu.

6. Membalikkan pencarian gambar
Sebuah gambar harus akurat dalam menggambarkan isi cerita. Ini sering kali tidak terjadi. Apalagi jika para pencari berita yang menulis berita palsu itu, bahkan tidak meninggalkan rumah mereka atau mewawancarai siapa pun untuk berita yang mereka buat. Kecil kemungkinan mereka akan mengambil foto sendiri.

Jadi, lakukan lah sedikit penyelidikan dan gali informasi tentang berita itu di mesin pencarian gambar di Google. Anda dapat melakukan ini dengan mengklik kanan pada gambar dan membiarkan Google mencari gambar yang ingin anda ketahui. Jika gambar muncul di banyak cerita tentang banyak topik berbeda, ada kemungkinan itu bukan gambar dari apa yang diungkapkan di cerita pertama.

Kiat-kiat ini hanyalah kiat permulaan dalam menentukan jenis berita atau suatu artikel itu merupakan berita palsu atau sesuai fakta. Zimdars menjabarkan ini dan lainnya dalam panduan untuk murid-muridnya.

Jika Anda melakukan langkah-langkah ini, Anda membantu diri sendiri dan Anda membantu orang lain dengan tidak meningkatkan sirkulasi cerita-cerita palsu tersebut. Dan Anda tidak akan menjadi satu-satunya orang yang mencoba menghentikan penyebaran konten palsu. 

Para pemimpin perusahaan di balik platform / sosial media yang kerap ditunggangi cerita palsu, tengah mencoba mencari cara untuk memperbaiki masalah mereka, tetapi mereka juga berusaha memastikan untuk tidak membatasi kebebasan berekspresi. Ini posisi yang sulit untuk dilalui oleh para pemilik platform sosial media, namun mereka akan berupaya menangkal berita palsu. Akhirnya, hal itu tergantung pada tanggung jawab moral dari pemilik sosial media tersebut.

Selain itu, terdapat pula publikasi satir/ sindiran yang menyasar tujuan tertentu, meski jelas berita itu diberi label sebagai informasi yang dilebih-lebihkan dan hal yang lucu oleh penulis dan pemilik media. Jika orang yang membacanya tidak mengerti, mereka mungkin membagikan artikel ini setelah membacanya dalam arti yang sebenarnya atau harfiah.

Jika ini terjadi atau jika Anda melihat teman Anda membagikan berita palsu secara terang-terangan, jadilah teman yang baik dan katakan bahwa informasi yang dibagikan itu tidak sesuai fakta. Jangan hanya bisa menghindar dari perdebatan meski hubungan Anda dengan teman itu, bahkan mungkin menjadi tidak nyaman. Seperti ada tertulis, setiap orang harus memberangus setiap berita palsu yang beredar. (Wynne Davis)