Cari Blog Ini

Selasa, 01 Oktober 2019

TPPN 1: TUJUAN PENULISAN BERITA


Tujuan utama menulis berita adalah melaporkan seluk-beluk peristiwa yang telah, sedang, atau akan terjadi. Melaporkan berarti menuliskan atau menyiarkan apa yang dilihat, didengar, atau dialami seseorang atau sekelompok orang. Berita ditulis atau disiarkan sebagai rekonstruksi dari apa yang terjadi.

Mengapa peristiwa perlu diberitakan?
1. Memenuhi tujuan politik keredaksian suatu media massa.
2. Memenuhi kebutuhan pembaca.

Tujuan media massa memberitakan peristiwa:
1. Mementingkan tercapainya tujuan ekonomis, yaitu tercapainya oplah penjualan/rating yang tinggi serta perolehan iklan yang tinggi.
2. Informasi kepada pembaca sengaja dipilih yang berdaya jual tinggi.
3. Apakah informasi itu berdampak positif atau negatif diserahkan kepada pembaca.
4. Agar informasi yang disampaikan bermanfaat bagi pembaca/pemirsa, yaitu meningkatkan harkat hidup pembaca/pemirsa.
5. Informasi itu diharapkan dapat membantu pembaca menyesuaikan diri di tengah perkembangan kehidupan, yaitu untuk memperkaya batin dan memperluas perspektif berpikir.
6. Informasi ditempatkan sebagai masukan bagi pembaca agar mampu mengantisipasi perubahan, menghindari hal yang merugikan, serta mampu bersikap dalam memilih secara tepat langkah yang akan diambil.
7. Ada anggapan informasi hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan ideologis.
8. Informasi disampaikan untuk memengaruhi dan membujuk pembaca/pemirsa agar berbuat serta bersikap sesuai dengan tujuan ideologis yang hendak dicapai.
9. Media massa yang menempatkan tujuan idelogis sebagai hal terpenting, oplah/rating yang tinggi bukan prioritas utama.

Dari sisi pembaca/pemirsa:
1. Alasan memberitakan suatu peristiwa adalah dalam sikap manusia yang selalu ingin memperbaiki dan meningkatkan harkat kehidupan.
2. Manusia selalu ingin mengetahui apa yang sebaiknya dia lakukan, serta bagaimana melakukannya.
3. Manusia selalu berhubungan dengan manusia lain untuk mendapatkan informasi.
4. Dari informasi yang diperoleh itulah seseorang berharap lebih mengetahui apa dan bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan harkat kehidupannya.
5. Informasi yang dapat diperoleh dari hubungan baik antarmanusia seperti itu sangat terbatas.
6. Media massa hadir mengatasi keterbatasan itu.

Kehendak pembaca/pemirsa terhadap berita:
1. Berita yang melaporkan adanya bahaya yang mengancam kehidupan, bahaya fisik; semacam tindak kekerasan, bahaya alam, penyakit, dan sebagainya.
2. Berita yang mengungkapkan ancaman atau tekanan terhadap kebebasan seseorang; semacam penahanan tidak melalui prosedur dan saluran hukum, penggusuran, ketidakadilan ekonomi, dan sebagainya.
3. Berita yang menambah pengetahuan pembaca/pemirsa untuk memperbaiki kedudukan ekonomi atau sosial; semacam berita mengenai perkembangan perdagangan, situasi lapangan kerja, petunjuk-petunjuk untuk menambah pendapatan, dan sebagainya.
4. Berita yang mengungkapkan perkembangan atau penghambat dalam peningkatan kehidupan; semacam kemerosotan kehidupan perkotaan (pergelandangan, perumahan sulit), kemajuan bidang kesehatan, dunia hiburan, mode, dan sebagainya.

Dari hal-hal di atas, dapat disimpulkan berita diharapkan bermanfaat bagi kehidupan. Kemanfaatan itu adalah agar pembaca/pemirsa dapat mengelak atau menghindari bahaya yang tidak diinginkan atau dapat membantu pembaca/pemirsa mencapai cita-cita atau keinginan dalam kehidupan sosial.

Ada berita yang tidak menjanjikan perbaikan hidup atau tak menjadi titik tolak untuk mengelak dari bahaya sebagaimana diuraikan di atas. Berita demikian jamaknya hanya bersifat menggugah perasaan karena sifat manusiawi. Hal demikian memang tak bermanfaat langsung bagi pembaca, tapi dapat menumbuhkan simpati terhadap kehidupan orang lain.

Adanya kepentingan yang melatarbelakangi penulisan/penyiaran berita membuat jurnalis/wartawan selalu memilih peristiwa yang diberitakan, tak semua peristiwa diberitakan. Peristiwa hanya pantas diberitakan bila mengandung nilai informatif bagi pembaca dan sesuai dengan tujuan media massa. Dalam konteks inilah profesi jurnalis/wartawan menempati posisi istimewa.

Di satu pihak, jurnalis/wartawan turut merekam peristiwa untuk menggambarkan rekonstruksi (tertulis/terekam/video) perkembangam kehidupan manusia yang disampaikan berdasarkan kriteria pemberitaan media massa yang memberitakannya.


Di pihak lain, peristiwa diberitakankarena jurnalis/wartawan sebenarnya menerima mandat dari pembaca/pemirsa untuk menyusun rekonstruksi (tertulis/terekam/video) peristiwa tersebut sehingga bermanfaat bagi pembaca. Mandat itu diberikan berdasarkan kepercayaan bahwa wartawan mampu, baik berdasarkan keahlian, intuisi, atau pengalaman untuk melakukan rekonstruksi tersebut.

Jurnalis/wartawan tetap memiliki kebebasan individual walau ada pembatasan dari media yang tercermin dalam politik keredaksian. Jika politik keredaksian menggariskan sejumlah ketentuan dalam memilih apa yang layak dilaporkan kepada pembaca/pemirsa, pada saat yang sama jurnalis/wartawan tetaplah mewakili pembaca yang telah memberi mandat untuk memilih apa yang dilaporkan.

Jurnalis/wartawan bebas menggunakan akal sehat dan mendengar bisikan hati nuraninya sehingga ia bisa menilai apakah informasi yang disampaikan kepada pembaca lebih bermanfaat bagi media massa tempatnya bekerja atau lebih menguntungkan pembaca. Secara etis, jiwa jurnalis/wartawan dihadapkan kepada pilihan demikian ini seyogianya jurnalis/wartawan berpihak kepada pembaca/pemirsa/audiens.

Jurnalisme Media massa diberi amanat untuk mengelola informasi tentang hal-hal mengenai rakyat dan menyiarkannya dalam bentuk berita kepada khalayak. Fungsi mencari, mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menyiarkan informasi itu lazim disebut jurnalistik atau jurnalisme.

Jurnalisme merupakan kegiatan untuk mewujudkan hak untuk tahu dan hak untuk mendapatkan informasi dari rakyat. Tidak ada kegiatan pengumpulan dan penyiaran informasi yang selengkap dan sekomprehensif kegiatan jurnalisme.

Pengertian jurnalisme secara umum adalah kegiatan mengumpulkan dan memproses fakta menjadi format informasi tertentu serta menyiarkannya kepada khalayak melalui media massa.

Yang disebut fakta bisa berupa peristiwa. Fenomena, situasi, kondisi, atau kecenderungan yang benar-benar ada dalam komunitas sosial. Memproses fakta menjadi format informasi adalah menstrukturkan fakta menjadi suatu bentuk wacana, baik yan bersifat audio, visual, maupun audio visual.

Di media cetak bentuk wacana itu biasanya berupa berita langsung (straight news) dan feature serta bentuk-bentuk artikel opini seperti tajuk rencana, karikatur, dan pojok. Jurnalisme biasanya dilakukan oleh suatu profesi yang disebut jurnalis atau wartawan.
Jurnalisme tampak sederhana, yakni hanya menulis dan menyiarkan informasi kepada khalayak. Dalam praktik, jurnalisme sebenarnya amat kompleks dan rumit.


Kegiatan jurnalisme bukan saja melibatkan suatu institusi yang sekarang berkembang pesat, yakni media massa (cetak, elektronika, Internet), tetapi yang lebih rumit adalah karena kegiatan ini bergerak dalam domain sistem sosial, yakni masyarakat.

Sumber:

Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa; Ashadi Siregar dkk, LP3Y dan Penerbit Kanisius; 1998.

Penulisan Jurnalistik, Konsep dan Teknik Penulisan Berita; Mursito BM; Studi Pemberdayaan Komunikasi; 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar