Gambar di atas merupakan show Gajah di Negara Gajah Putih, Thailand. Apakah gambar ini menarik untuk dijadikan berita dan memiliki kriteria layak berita. Iya, jika banyak hal unik yang disajikan di pertunjukan tersebut.
Selain itu Jurnalisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dalam
surat kabar dan sebagainya atau kewartawanan. Sementara itu, banyak yang
mendefinisikan jurnalisme sebagai proses pengerjaan sebuah karya-karya,
pengumpulan data, atau informasi yang selanjutnya karya tersebut melewati
proses penyuntingan hingga menjadi sebuah berita yang layak dikonsumsi oleh
masyarakat luas.
Secara singkat, jurnalisme adalah bercerita dalam bentuk berita dengan suatu tujuan. Dalam cerita atau berita tersebut, selalu tersirat pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada para pembacanya. Selain itu, terdapat sebuah tema yang diangkat dari satu peristiwa. Yang tak kalah penting, yaitu dalam berita harus terdapat karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita inilah yang menjadi tolok ukur yang berguna dan bisa diterapkan untuk menentukan kelayakan sebuah berita (newsworthy).
Secara singkat, jurnalisme adalah bercerita dalam bentuk berita dengan suatu tujuan. Dalam cerita atau berita tersebut, selalu tersirat pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada para pembacanya. Selain itu, terdapat sebuah tema yang diangkat dari satu peristiwa. Yang tak kalah penting, yaitu dalam berita harus terdapat karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita inilah yang menjadi tolok ukur yang berguna dan bisa diterapkan untuk menentukan kelayakan sebuah berita (newsworthy).
Dalam pandangan lama, menurut Christian Weise dalam
Kusumaningrat (2005 : 58) mengemukakan bahwa pada tahun 1676dalam memilih
berita harus dipisahkan antara yang benar dan palsu.Tahun 1690, Tobias Peucer
menulis disertasi tentang penerbitan surat kabar di Jerman.Ia menyebut kriteria
yang menentukan nilai layak berita, yakni:
(a) tanda-tanda tidak lazim, benda-benda ganjil, hasil
kerja atau produk alam dan seni yang hebat, atau peristiwa alam luar biasa.
(b) berbagai jenis keadaan, perubahan pemerintahan,
masalah perang dan damai, ahli waris tahta, upacara pelantikan dan upacara
resmi serupa itu, dsb.
(c) masalah-masalah gereja dan keterpelajaran.
Sementara hal biasa dan tidak menarik untuk diberitakan
menurut Peucer antara lain “kegiatan rutin manusia sehari-hari yang dibedakan
oleh musim dan tidak seperti kejadian langka semisal badai yang disertai petir
dan guntur.”Juga tidak bernilai beritaadalah “kehidupan pribadi kaum bangsawan
seperti berburu, menjamu tamu, kunjungan ke teater….”.Sementara yang tabu
diberitakan menurut Peucer adalah “apa yang merusak moral, misalnya kecabulan,
kejahatan mengerikan, penyataan bersifat atheis.”
Walter Lippmann, seorang wartawan AS menggunakan istilah
nilai berita dalam bukunya Public Opinion (1922) dinilai sebagai
tonggak pandangan jurnalistik modern. Disebutkan
bahwa suatu berita memiliki nilai layak ditayangkan jika di dalamnya memuat
unsur kejelasan (clarity), unsur kejutan (surprise), adanya unsur
kedekatan (proximity) geografis dan dampak (impact) serta komplik personalnya.
Kini kriteria di atas lebih disederhanakan lagi, yakni:
(a) unsur aktualitas (timeliness), yakni memandang berita
mirip es krim yang gampang meleleh, semakin berlalunya waktu nilainya semakin
berkurang;
(b) kedekatan (proximity), yaitu peristiwa mengandung kedekatan
dengan pembaca, baik geografis maupun emosional. Peristiwa penindasan warga
Bosnia atau Palestina akan mendapat tempat di khalayak pembaca Indonesia,
karena memiliki kedekatan emosional menyatukan yakni aspek agama.
(c) keterkenalan (prominence), peristiwa menyangkut
tokoh nasional atau selebriti selalu mengundang kepenasaran publik;
(d) dampak (consequence), peristiwa memiliki konsekuensi
luas terhadap masyarakat seperti rencana pengumuman kenaikan BBM, rencana
pembatasan usia kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Termasuk postingan yang memiliki "nilai
berita" yang tinggi akan selalu diburu publik. Tak heran, admin
Kompasiana pun meletakkan postingan paling aktual, apalagi cukup orisinil
belom dimuat di jejaring manapun di ruang HL. Sementara berita yang
biasa-biasa saja, apalagi basi tak akan dilirik pembaca dan medianya secara
perlahan akan ditinggalkan oleh pembaca setianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar