Berita palsu dapat mengakibatkan konsekuensi dalam kehidupan sehari-hari. Beredarnya informasi palsu, menjadi masalah besar pada
saat-saat ini. Kisah-kisah berita palsu mendapat banyak perhatian. Seperti berita di tajuk utama tentang klaim bahwa pemimpin agama Katolik Paus
Francis mendukung Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika pada November 2016, mengakibatkan situs-situs media seperti American News menyuarakan berita yang diduga menyesatkan
atau bahkan mengambil
kutipan di luar konteks.
Ketika
situs-situs seperti DC Gazette –
menyiarkan informasi tentang orang-orang yang diduga menyelidiki
keluarga Clinton ditemukan tewas, kisah-kisah itu menjadi viral dan beberapa
orang bahkan jadi mempercayainya.
Padahal, kisah-kisah seperti itu merupakan informasi palsu, yang tidak
dibenarkan
dengan cara apa pun.
Pelacakan terhadap para
pembuat berita palsu tentu terus dilakukan oleh aparat penegak hukum, sehingga
aparat pun menggunakan berbagai teknik dan teknologi untuk melacak para pembuat
berita palsu.
Menghentikan penyebaran berita palsu bukan hanya tanggung
jawab platform atau sosial media
yang digunakan untuk menyebarkannya. Mereka yang mengkonsumsi berita juga perlu
menemukan cara untuk menentukan apakah yang mereka baca itu benar.
Berikut beberapa
tips untuk mengetahui kebenaran fakta,
apakah informasi yang beredar tersebut palsu atau sesuai fakta.
Setiap orang
harus memiliki pemahaman mendasar tentang literasi media. Dan berdasarkan
penelitian yang baru-baru ini dirilis oleh para peneliti dari Universitas Stanford, di Amerika Serikat -- banyak orang tidak memiliki pemahaman mendasar tentang literasi media.
Sam Wineburg, seorang profesor pendidikan dan sejarah di
Stanford dan penulis utama studi ini menyatakan, untuk mengatasi hal ini, diharapkan setiap pembaca
media, membaca seperti mereka pun sebagai si pemeriksa fakta.
Bagaimana
pemeriksa fakta melakukan tugasnya?
Alexios Mantzarlis, direktur Jaringan Pengecekan Fakta
Internasional di Poynter, mengatakan
bahwa pemeriksa fakta melalui beberapa proses
untuk setiap klaim yang mereka tangani. “Setiap orang akan menjaga klaim, jika ada suatu informasi yang dapat
diverifikasi secara objektif, Anda akan mencari sumber primer terbaik dari topik
yang dibahas.
Temukan apakah informasi tersebut cocok, justru membantah atau bahkan
membuktikan klaim yang dibuat, dan dengan semua keterbatasan data dan apa data tersebut
mengatakan hal lain tentang klaim yang dibuat," ujar Mantzarlis.
Itulah kerangka acuan
cek fakta bagi para profesional, tetapi ada cara lain bagi semua orang untuk
melakukan penyelidikan fakta. Melissa Zimdars, asisten profesor komunikasi dan
media di Merrimack College di North
Andover, Mass mengungkapkan. Ketika dia melihat murid-muridnya
mereferensikan sumber-sumber yang dipertanyakan, dia menyusun berbagi dokumen bersama
murid-muridnya tentang bagaimana berpikir terkait asal sumber, serta daftar informasi
yang menyesatkan, terutama berasal dari situs satir dan palsu.
Baik Mantzarlis dan Zimdars sepakat terdapat beberapa praktik terbaik yang dapat digunakan setiap orang ketika membaca artikel online.
1. Perhatikan domain dan URL
Organisasi media yang
telah mapan biasanya memiliki domain dan memiliki tampilan standar yang mungkin
telah anda kenal. Situs dengan akhiran seperti .com.co akan membuat para pembaca lebih memperhatikan dan memberi tambahan
keingintahuan bahwa si pembaca perlu menggali lebih dalam, untuk melihat apakah
mereka dapat mempercayai situs tersebut. Hal ini untuk menentukan kebenaran bahkan
ketika situs terlihat profesional dan memiliki logo yang sedikit banyak telah
dikenal masyarakat. Misalnya, abcnews.com
adalah sumber berita yang sah, tetapi abcnews.com.co
bukanlah sumber berita yang sah, meskipun tampilannya serupa.
2. Baca bagian di situs "Tentang Kami"
Sebagian besar situs mengunggah
informasi tentang rubrik berita, perusahaan yang menjalankannya, daftar redaksi,
dan pernyataan visi-misi dan kode etik organisasi media. Bahasa yang digunakan
sangat mudah. Jika dalam artikel yang dimuat terlalu melodramatik dan terkesan
berlebihan, sang pembaca harus skeptis. Selain itu, para pembaca pun harus
dapat menemukan lebih banyak informasi tentang para pemimpin redaksi tersebut, selain
di situs itu.
3. Lihatlah kutipan dalam sebuah cerita
Sebagian besar publikasi
memiliki banyak sumber dalam setiap cerita yang diterbitkan secara profesional
dan para nara sumber itu memiliki keahlian di bidang yang mereka bicarakan.
Jika terdapat masalah serius atau kontroversial, ada kemungkinan besar akan terdapat
banyak kutipan. Cari profesor atau akademisi lain yang dapat berbicara tentang
persoalan yang dibahas, dikaitkan dengan penelitian yang telah mereka lakukan.
Dan jika mereka berbicara tentang penelitian, si pembuat berita juga harus
mempelajari isi studi itu.
4. Lihatlah siapa yang mengatakannya
Kemudian, lihat siapa
yang menyatakan sesuatu dalam kutipan, dan apa yang mereka katakan. Apakah
mereka sumber yang memiliki reputasi baik, dengan judul yang dapat Anda
verifikasi melalui pencarian cepat Google?
5. Periksa komentarnya
Banyak dari cerita palsu
yang menyesatkan, dibagikan di platform media sosial. Biasanya masyarakat hanya
membaca secara singkat dari judur berita utamanya, yang memang bertujuan untuk
mendapatkan perhatian pembaca. Tetapi seharusnya judul bisa mencerminkan secara
akurat tentang apa cerita tersebut.
Akhir-akhir ini, hal itu
tidak terjadi. Berita utama/ atau headline
sering kali ditulis dalam bahasa yang berlebihan dengan maksud menyesatkan dan
kemudian dilampirkan pada cerita yang tentang topik yang sama sekali berbeda
atau tidak benar. Kisah-kisah ini biasanya menghasilkan banyak komentar di
Facebook atau Twitter. Jika banyak dari komentar ini menyebut artikel itu
sebagai palsu atau menyesatkan, mungkin baru terungkap bahwa berita itu adalah
berita palsu.
6. Membalikkan pencarian gambar
Sebuah gambar harus
akurat dalam menggambarkan isi cerita. Ini sering kali tidak terjadi. Apalagi jika
para pencari berita yang menulis berita palsu itu, bahkan tidak meninggalkan
rumah mereka atau mewawancarai siapa pun untuk berita yang mereka buat. Kecil
kemungkinan mereka akan mengambil foto sendiri.
Jadi, lakukan lah sedikit
penyelidikan dan gali informasi tentang berita itu di mesin pencarian gambar di
Google. Anda dapat melakukan ini dengan mengklik kanan pada gambar dan membiarkan
Google mencari gambar yang ingin anda ketahui. Jika gambar muncul di banyak
cerita tentang banyak topik berbeda, ada kemungkinan itu bukan gambar dari apa
yang diungkapkan di cerita pertama.
Kiat-kiat ini hanyalah kiat
permulaan dalam menentukan jenis berita atau suatu artikel itu merupakan berita
palsu atau sesuai fakta. Zimdars menjabarkan ini dan lainnya dalam panduan
untuk murid-muridnya.
Jika Anda melakukan
langkah-langkah ini, Anda membantu diri sendiri dan Anda membantu orang lain
dengan tidak meningkatkan sirkulasi cerita-cerita palsu tersebut. Dan Anda tidak akan
menjadi satu-satunya orang yang mencoba menghentikan penyebaran konten palsu.
Para pemimpin perusahaan di balik platform / sosial media yang kerap
ditunggangi cerita palsu, tengah mencoba mencari cara untuk memperbaiki masalah
mereka, tetapi mereka juga berusaha memastikan untuk tidak membatasi kebebasan
berekspresi. Ini posisi yang sulit untuk dilalui oleh para pemilik platform
sosial media, namun mereka akan berupaya menangkal berita palsu. Akhirnya, hal itu
tergantung pada tanggung jawab moral dari pemilik sosial media tersebut.
Selain itu, terdapat
pula publikasi satir/ sindiran yang menyasar tujuan tertentu, meski jelas berita
itu diberi label sebagai informasi yang dilebih-lebihkan dan hal yang lucu oleh
penulis dan pemilik media. Jika orang yang membacanya tidak mengerti, mereka
mungkin membagikan artikel ini setelah membacanya dalam arti yang sebenarnya
atau harfiah.
Jika ini terjadi atau
jika Anda melihat teman Anda membagikan berita palsu secara terang-terangan,
jadilah teman yang baik dan katakan bahwa informasi yang dibagikan itu tidak sesuai
fakta. Jangan hanya bisa menghindar dari perdebatan meski hubungan Anda dengan
teman itu, bahkan mungkin menjadi tidak nyaman. Seperti ada tertulis, setiap
orang harus memberangus setiap berita palsu yang beredar. (Wynne Davis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar