Jurnalisme merupakan suatu bentuk
proses pencarian, pengolahan dan penyampaian berita kepada khalayak yang
tentunya berjumlah massa pula. Produk pertama kegiatan dalam jurnalistik
dikenal dalam bentuk newsheet yang menjadi media informasi di Roma, dikenal
dengan nama Acta Diurna.
Pada abad pertengahan jurnalisme
berbentuk pengiriman laporan, tinjauan, perkabaran yang diedarkan melalui
institusi dengan tujuan informatif. Proses
pendanaan yang besar untuk pengumpulan berita diawali melalui format “kantor
berita” yaitu organisasi yang menampung liputan jurnalistik internasional dan
menjualnya pada berbagai koran dan majalah.
Kemunculan radio dan televisi pada
abad 20 telah meluaskan segala komunikasi cetak dan elektronik dalam produk
jurnalistik. Penemuan telegraf diikuti radio dan televisi menyempurnakan kecepatan
aktifitas jurnalistik. Pada
perkembangannya, istilah hard news yang terdapat pada jurnalisme yaitu
mengandung pengertian bahwa peristiwa yang didapat memiliki nilai berita yang
tinggi berkaitan dengan kebaruannya mengalami pergeseran.
Peristiwa yang memiliki nilai
value bagi koran untuk diterbitkan besok menjadi basi karena berita tersebut
telah disampaikan melalui radio bahkan televisi. Koran menyiasatinya dengan pemberitaan yang
lebih mendalam baik dalam bentuk investigatif ataupun dalam bentuk indepth
reporting.
Dengan demikian mulai muncullah pernyataan
mengenai jurnalisme konvensional yang ditujukan pada media semacam koran,
selebaran dan juga newsletter, sedangkan media semacam radio serta televisi
disebut sebagai media modern.
Akan tetapi seiring perkembangan
zaman pula, panggilan media modern untuk televisi dan juga radio ini menjadi
bergeser semenjak dimunculkannya media internet. Pada perkembangannya media internet ini
juga dipakai dalam proses jurnalisme yang dikenal pula dengan sebutan
jurnalisme online.
Sejarah Perkembangan Internet
Setelah ditemukannya media elektronik semacam radio dan televisi, ternyata penemuan ilmuwan akan media yang baru tidak berhenti di situ saja. Satu abad setelah Charles Babbage, ilmuwan Amerika, dalam mendesain mesin analitisnya mulai dikembangkan gagasannya. Pada tahun 1944 dipikirkan sebuah komputer digital elektronik skala besar yang didanai oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia II (Fidler, 2003 : 148).
Setelah ditemukannya media elektronik semacam radio dan televisi, ternyata penemuan ilmuwan akan media yang baru tidak berhenti di situ saja. Satu abad setelah Charles Babbage, ilmuwan Amerika, dalam mendesain mesin analitisnya mulai dikembangkan gagasannya. Pada tahun 1944 dipikirkan sebuah komputer digital elektronik skala besar yang didanai oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia II (Fidler, 2003 : 148).
Seiring dengan dikembangkannya media
komputer maka ditemukan pula salah satu media komunikasi yang pada awalnya
difokuskan pada domain pribadi bagi periset dan juga ilmuwan Amerika. Net ini
sebenarnya adalah jaringan longgar ribuan jaringan komputer yang saling
terhubung. Net dalam hal ini tidak ada badan pemerintah atau komersial yang
memiliki Net ataupun secara langsung memperoleh keuntungan dari operasinya.
Jaringan ini tidak memiliki presiden, CEO ataupun kantor pusat.
Sepanjang tahun 1980an diam-diam
internet tersebar ke sebagian lembaga akademik dan pusat riset di Amerika
Serikat serta banyak lokasi di seluruh dunia. Menjelang tahun 1995 sekitar 30
juta orang dalam lebih dari 100 negara telah memperoleh akses melalui komputer
kepada layanan berita, perpustakaan, jurnal ilmiah dan akademik, papan buletin
dan data base, serta pada satu sama lain melalui lebih dari tiga juta situs
hubungan internet (Fidler, 2003 : 153).
Perpaduan antara internet dengan
jurnalisme dimulai dengan ditetapkan oleh standar World Wide Web (WWW). Awalnya
situs berita sekedar mengadopsi tempat ini untuk hal yang bernuansa cyberspace.
Dalam hal ini hanya mencoba untuk memproduksi kisah-kisah dengan menerapkan
kapabilitas internet.
Jurnalisme online ini sendiri
diterapkan di Indonesia melalui prosedur yang ideal dalam media online yaitu
oleh detik.com pada tanggal 9 Juli 1998. Sejak itu pula banyak bermunculan
media-media baru dalam dunia maya ini terutama dalam penerapannya sebagai media
penyampai jurnalisme online.
Jurnalisme online telah memicu
trend alternated serta mengklaim bahwa jurnalisme online telah mengubah segala
aktifitas jurnalistik dan kegiatan lama profesi jurnalisme. Sejak itu
jurnalisme online maju secara dramatis serta hampir seluruh media berita
memiliki web yang hadir dalam berbagai bentuk.
Baik jurnalisme konvensional maupun jurnalisme online memiliki beberapa
persamaan.
Diantaranya adalah
memiliki empat (4) peranan yang
utama diantaranya adalah sebagai media massa yang memiliki
fungsi edukatif yaitu memuat tulisan yang mengandung ataupun memuat sisi pengetahuan sehingga menerapkan aspek pendidikan juga di dalamnya,
informatif yaitu menyampaikan kepada khalayak segala sesuatu peristiwa yang terjadi mulai dari kronologis kejadian dan sebagainya,
entertain yaitu isi tulisan tidak selalu harus berat karena di sini tidak jarang ditampilkan tulisan yang sifatnya karikatur cerita lucu dsb.
fungsi edukatif yaitu memuat tulisan yang mengandung ataupun memuat sisi pengetahuan sehingga menerapkan aspek pendidikan juga di dalamnya,
informatif yaitu menyampaikan kepada khalayak segala sesuatu peristiwa yang terjadi mulai dari kronologis kejadian dan sebagainya,
entertain yaitu isi tulisan tidak selalu harus berat karena di sini tidak jarang ditampilkan tulisan yang sifatnya karikatur cerita lucu dsb.
Peran utama yang terakhir adalah
persuasif yaitu dapat mempengaruhi terutama keputusan yang diambil dalam
masyarakat terutama dalam posisinya sebagai media edukasi.
Jurnalisme online tetap membutuhkan reporter
terutama dalam menggali dan mendapatkan informasi. Tentunya dengan adanya
reporter ini digunakan dalam proses wawancara dengan narasumber. Dengan
demikian tentunya kaidah jurnalistik semisal menyampaikan segala sesuatu
berdasar fakta juga tetap menjadi faktor yang utama.
Adapun mekanisme yang paling
sering didengar dalam jurnalisme konvensional adalah pengaturan penulisan
dengan metode piramida terbalik. Dalam hal ini baik jurnalisme konvensional
maupun jurnalisme on line sama-sama menerapkannya agar dapat meringkas berita
tersebut dalam pembahasan dari yang paling inti hingga sampai pada pemotongan
berita yang tidak terlalu penting.
Perbedaan
Jurnalisme Konvensional
-
Media
yang digunakan cetak (koran)
-
Tampilan pasif, proses lay out yang
konvensional, tidak banyak ragam
-
Prosedur naskah disahkan oleh redaksi terlebih
dahulu sebelum dimuat
-
Editing tidak bisa dilakukan apabila berita
telah dicetak dan diedarkan
-
Teknik penulisan ditulis selengkap mungkin
bahkan diharuskan untuk cover both side
-
Jadwal penerbitan dalam bentuk harian, mingguan
ataupun bulanan
-
Orang yang me-lay out harus tetap bekerja dalam
menyesuaikan desain
-
Isi berita telah ditentukan berdasarkan
keputusan dari penerbit
-
Wartawan tidak dituntut untuk menguasai internet, bahkan proses lay out
sudah dilakukan pegawai yang lain
Jurnalisme
Online
-
media yang digunakan media elektronik (internet)
-
tampilan
atraktif, terdiri bermacam warna, menarik
-
prosedur
naskah ada beberapa kebijakan di antaranya membolehkan wartawan di lapangan
untuk meng up load tulisan sendiri
-
proses
editing masih bisa dilakukan sekallipun telah di-online kan
-
teknik penulisan singkat, padat dan menarik
-
jadwal penerbitan bisa dilakukan kapan saja,
tidak terpaut dengan waktu
-
programmer cukup membuat dan mengkreasi web pada
awalnya saja. Sesudahnya apabila berita sudah di up load oleh redaktur maka
tinggal dimasukkan web saja
-
menyampaikan segala macam berita apapun yang
ingin ditampilkan
-
dituntut untuk menguasai internet, terutama
dalam menulis dan menyampaikan berita di internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar