Cari Blog Ini
Senin, 28 Oktober 2019
Siaran Pers BNPB | 27 Oktober 2019 | 19:00 WIB Update Karhutla Pukul 18:00 WIB
Secara umum kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan sudah sangat banyak berkurang. Berdasar pantauan citra satelit Himawari oleh BMKG pada pukul 16.00 WIB, terdeteksi asap di perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung. Pantauan titik panas berdasar citra satelit MODIS oleh LAPAN menunjukkan bahwa tidak ada titik panas (hotspot) di Riau, 2 titik panas di Jambi, 59 titik panas di Sumatera Selatan, 10 titik panas di Lampung, 2 titik panas di Kalimantan Barat, 11 titik panas di Kalimantan Tengah dan 46 titik panas di Kalimantan Selatan. Arah angin menuju barat laut sehingga menyebabkan asap dari karhutla di sekitar wilayah Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan menuju ke Kota Palembang dan ke Jambi dan sekitarnya, hal ini menyebabkan kualitas udara di Bandara Mahmud Badaruddin II Palembang pada kondisi berbaya (221,4) dan Bandara Sultan Taha Jambi pada kondisi tidak sehat (48,5), sedangkan di Bandara Pekanbaru kualitas udara pada tingkat sedang (18,9). Di Kalimantan karhutla menyebabkan asap mengarah ke Kota Palangkaraya sehingga kualitas udara pada tingkat tidak sehat (36), di Kalsel kualitas udara pada tingkat sedang (17) dan di Kalbar pada tingkat sehat (8).
Pemadaman di enam provinsi prioritas tetap dilanjutkan yaitu dengan mengerahkan satgas darat untuk patroli, sosialisasi dan pemadaman; Satgas Udara dengan mengerahkan 50 pesawat yaitu 36 heli water bombing, 10 heli patroli dan 4 pesawat TMC. Sampai dengan hari ini sudah 395.115.650 liter air ditumpahkan oleh helikopter water bombing, dan 273.216 kg garam NaCl untuk operasi TMC.
Karhutla di Jawa Timur
Kondisi kemarau yang panjang menyebabkan kondisi sangat kering di beberapa gunung di Jawa dan NTB, hal ini menyebabkan Karhutla juga terjadi dibeberapa tempat yaitu di Gunung Cikuray - Jabar, Gunung Ungaran - Jateng, Gunung Sumbing - Jateng, Gunung Arjuno - Jatim, Gunung Ringgit - Jatim dan Gunung Rinjani - NTB.
Berikut adalah kondisi karhutla di Jawa Timur:
1. Kebakaran Hutan di Kabupaten Malang (Gn. Kawi)
*Waktu : Sabtu, 26 Oktober 2019, pkl 17.50 WIB
*Lokasi : petak 212, KRPH Oro Oro Ombo, wilayah administratif Kec. Pujon, Kab. Malang
*Dampak : Masih dalam pendataan.
Kondisi terkini : Api belum padam.
Ket : *Masih dalam proses pemdaman
2. Kebakaran hutan di Kab. Bondowoso (Gn. Ijen)
*Waktu: Sabtu, 19 Oktober 2019, pkl 03.00 WIB
*Lokasi: Kawasan TWA Gn. Ijen adm pemerintahan Kec. Ijen (BKSDA Ijen)
*Dampak: Luas lahan terbakar ± 73 Ha.
Kondisi terkini: Api belum padam.
3. Kebakaran hutan dan lahan di Kab. Banyuwangi (Gn. Ijen)
*Waktu : Sabtu, 19 Oktober 2019 pukul 03.10 WIB.
*Lokasi :Kawasan TWA Gn. Ijen adm pemerintahan Kec. Ijen (Gunung Rante, Gunung Ijen dan Cagar Alam Merapi Ungup Ungup), Kec. Licin
*Dampak : Lahan terbakar 500 Ha.
Kondisi terkini : Api belum padam.
4. Kebakaran hutan di Area Tahura R. Soeryo (Gn. Arjuno)*
*Waktu : Rabu, 16 Oktober 2019, pukul 12.00 WIB.
*Lokasi : Wilayah Gunung Arjuno (Kab. Mojokerto, Kab. Malang, Kab. Pasuruan dan Kota Batu).
*Dampak : Masih dalam pendataan.
Kondisi terkini : Api belum padam.
Ket : Blok bukit semar Ds. Dilem Kec. Gondang masih dilakukan pemantauan, pemadaman pada titik api yang dapat dijangkau. Kendala penanganan lokasi atau medan sulit dijangkau untuk jalur darat, perlu upaya Water Boombing.
5. Kebakaran hutan di wilayah TNBTS (Gn. Semeru)
*Waktu : Jum'at, 25 Oktober 2019, pukul 19.00 WIB.
*Lokasi : Kawasan TNBTS, Blok G.Glendang Desa Oro-oro Ombo, Kec. Pronojiwo.
*Dampak : Lahan terbakar 1,5 Ha.
Kondisi terkini : Api Sudah padam.
Operasi Pemadaman di Jawa Timur
Pemadaman karhutla di Jatim menggunakan 1 helikopter MI-8 dengan basis di Bandara Banyuwangi. Pada hari ini dilakukan pemadaman di wilayah Tamansari, Licin, Banyuwangi (Ungup-Ungup). Hari ini melakukan pemadaman dengan heli water bombing sebanyak 2 sortie.
Sortie 1
- 7 (tujuh) kali pengambilan dan pemadaman
Pukul 07.30 WIB
Heli Take off melaksanakan observasi area sasaran dilanjut pengambilan air di perairan watudodol.
Pukul 10.33 WIB
Heli kembali ke bandara internasional banyuwangi untuk melakukan istirahat dan evaluasi.
Sortie 2
- 7 (tujuh) kali pengambilan dan pemadaman
Pukul 11.59 WIB
Heli Take off melaksanakan observasi area sasaran dilanjut pengambilan air di perairan pantai watudodol
Pukul 14.46 WIB
Heli kembali ke bandara internasional banyuwangi.
Evaluasi Operasi WB
Minggu, 27 Oktober 2019, Pukul 15.30 WIB
- hari ini Heli WB sangat efisien melakukan tindakan penyiraman dengan obyek gunung Merapi ungup-ungup sebanyak 2 sorti (14 kali pengambilan dan pemadaman air)
- kondisi titik api, sudah berkurang namun belum padam karena Luasnya lahan yg terbakar di titik merapi ungup - ungup Gunung Ijen
- Target hari ini upaya penyekatan agar api tidak menjalar dapat dilaksanakan
Operasi pemadaman akan dilanjutkan besok pagi.
Informasi lebih lanjut tentang Karhutla dan operasi Pemadaman di Jatim dapat menghubungi Suban Wahyudiono Kalak BPBD Prov. Jatim Telp 0811328601.
Agus Wibowo
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Sabtu, 26 Oktober 2019
TPPN 6: DASAR-DASAR BAHASA JURNALISTIK
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Kita sering berkomunikasi terlebih kita selalu
berinteraksi dengan suatu bahasa baik itu secara tatap muka ataupun dengan
suatu alat penghubung. Dengan bahasa kita mampu mengerti apa maksud dan tujuan
antara komunikan dan komunikator. Bahasa sangatlah penting untuk interaksi kita
di dunia ini baik untuk tujuan bisnis, pendidikan, etnis, sejarah juga untuk
kepentigan bangsa dan negara.
Bahasa juga identik dengan ciri khas suatu bangsa negara
itu sendiri, menjadi suatu pembeda juga pemersatu untuk bangsa. Karna itu kita
patutlah bangga dengan bahasa kita, karna dengan adanya bahasa di negara kita
yaitu bahasa Indonesia, bangsa kita mempunyai ciri khas, pemersatu antar daerah
natau suku juga pembeda dengan negara lain.
A. PENGERTIAN JURNALISTIK
Ragam bahasa yang kita kenal dalam bahasa Indonesia ada
dua, yakni ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Salah satu bagian dari
ragam bahasa tulis adalah jurnalistik.
Jurnalistik merupakan bagian dari media massa
yang berhubungan dengan masyarakat luas. Maka dari itu untuk menyampaikan pesan
kepada masyarakat luas haruslah menggunakan bahasa dengan kadar kemampuan
minimal. Masyarakat pembaca media terdiri dari kalangan atas sampai bawah,
sehingga bahasa yang digunakan juga harus disesuaikan kemampuan dengan pembaca.
Itulah sebabnya bahasa yang digunakan harus memasyarakat sesuai dengan bahasa
yang digunakan sehari-hari.
Bahasa yang digunakan dalam jurnalistik adalah bahasa
yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari sehingga semua orang yang melek aksara
dapat dengan mudah mencerna isi atau pesan yang disampaikan. Meskipun bahasa
yang digunakan adalah bahasa sehari-hari, namun tidak boleh asal dalam menulis
bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik juga harus sesuai dengan norma tata
penulisan yakni kaidah yang berlaku, dalam hal ini harus sesuai dengan EYD.
Selain itu, kalimat yang digunakan juga harus mempertimbangkan unsur kohesi dan
koherensi sehingga tidak menimbulkan kerancuan agar mudah dimengerti oleh
khalayak.
Bahasa jurnalistik mengalami perkembangan yang pesat.
Perkembangan ini seiring dengan perkembangan masyarakat, sehingga seringkali
muncullah istilah baru untuk menggambarkan kondisi masyarakat. Dapat
disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik selalu mengalami perkembangan setiap
harinya sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
Masa edar yang terbatas dari media massa membuat materi
berita cepat basi. Periode suatu berita ada yang harian, mingguan, dan bulanan.
Bisa saja berita yang dibaca hari ini sudah tidak aktual lagi untuk dibaca esok
harinya. Atau bisa saja suatu berita mempunyai kesinambungan cerita bahkan
selalu menarik untuk diikuti setiap harinya sampai berita itu dirasa sudah
membosankan, contohnya berita tentang Denni Indrayana, ”Wamen Menampar Penjaga
Lapas”.
Hal ini tentu berbeda dengan buku atau bacaan lainnya
yang membutuhkan waktu lama untuk membaca. Sifat dan isi buku juga tidak
terbatas oleh waktu sehingga sebuah buku bisa dibaca kapan saja dan tetap
menarik untuk dibaca tanpa dibatasi oleh waktu. Sebaliknya, bagi para pembaca
media massa dalam membaca sebuah berita mereka tidak membutuhkan waktu lama,
bahkan ada juga yang membacanya sambil lalu. Hal ini dikarenakan sifat berita
yang cepat basi dan pembaca hanya membutuhkan informasi yang up to date saja.
Itulah perbedaan antara media massa dan buku.
B. PENGERTIAN BAHASA JURNALISTIK
BahasaJurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan
wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language
of Mass Communication, disebut pulaNewspaper Language), yakni bahasa yang
digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur)
di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak dan
online), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.
C. CIRI-CIRI BAHASA JURNALISTIK
Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif
dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok
persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak
berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya
mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek,
kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.
Marshall McLuhan sebagai penggagas teori “Medium is the
message” menyatakan bahwa setiap media mempunyai tatabahasanya sendiri yakni
seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagai alat indra dalam
hubungannya dengan penggunaan media. Setiap tata bahasa media memiliki
kecenderungan (bias) pada alat indra tertentu. Oleh karenanya media mempunyai
pengaruh yang berbeda pada perilaku manusia yang menggunakannya (Rakhmat, 1996:
248).
Secara lebih seksama bahasa jurnalistik dapat dibedakan
pula berdasarkan bentuknya menurut media menjadi bahasa jurnalistik media
cetak, bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa
jurnalistik media online internet. Bahasa jurnalistik media cetak, misalnya,
kecuali harus mematuhi kaidah umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri
yang sangat khusus yang membedakannya dari bahasa jurnalistik radio, bahasa
jurnalistik TV, dan bahasa jurnalistik media online internet.
Terdapat 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku
untuk semua bentuk media berkala tersebut. yakni sederhana, singkat, padat,
lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal,
menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata.
(diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari
pengunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah etika
(Sumadiria, 2005:53-61). Berikut perincian penjelasannya.
1. Sederhana Sederhana berarti selalu
mengutamakan dan memilih kata atau. kalimat yang paling banyak diketahui
maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat
intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya.
Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir
orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.
2. Singkat Singkat berarti langsung kepada
pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak
memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang
tersedia pada kolom-¬kolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat
terbatas, sementara isinya banyak dan beraneka ragam. Konsekwensinya apa pun
pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi,
dan karakteristik pers.
3. Padat Menurut. PatmonoSK, redaktur senior
Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalislik (1996: 45), padat dalam bahasa
jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragrap yang
ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini
berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat.
Kalinat yang singkat tidak berarti memuat banyak informasi. Sedangkan kaliamat
yang padat, kecuali singkat juga mengandung lebih banyak informasi.
4. Lugas Lugas berarti tegas, tidak ambigu,
sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa
membingunglian khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan
kesalahan konklusi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta
menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata
tersebut.
5. Jelas Jelas berarti mudah ditangkap
maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai contoh, hitam adalah wara yang jelas.
Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna itu disandingkan, maka terdapat
perbedaan yang tegas mana disebut hitam, mana pula yang disebut putih. Pada.
Kedua warna itu sama sekali tidak ditemukan nuansa warna abu-abu.
Perbedaan warna hitam dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas di sini
mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai
dengan kaidah subjek-objek-predikat- keterangan (SPOK), jelas sasaran
atau maksudnya.
6.Jernih Jernih berarti bening, tembus pandang,
transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat
negatif seperti prasangka atau fitnah. Sebagai bahan bandingan, kita hanya
dapat menikmati keindahan ikan hias arwana atau oscar hanya pada akuarium
dengan air yang jernih bening. Oscar dan arwana tidak akan melahirkan pesona
yang luar biasa apabila dimasukkan ke dalam kolam besar di persawahan
yang berair keruh. Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang
jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di
balik pemuatan suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan
public. Dalam bahasa kiai, jermh berarti bersikap berprasangka baik (husnudzon)
dan sejauh mungkin menghindari prasangka buruk (suudzon). Menurut orang
komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan pola piker positif
(positive thinking) dan menolak pola pikir negative (negative thinking). Hanya
dengan pola pikir positif kita akan dapat melihat semua fenomena dan persoalan
yang terdapat dalam masyarakat dan pemerintah dengan kepala dingin, hati jernih
dan dada lapang. Pers, atau lebih luas lagi media massa, di mana pun tidak
diarahkan untuk membenci siapa pun. Pers ditakdirkan untuk menunjukkan
sekaligus mengingatkan tentang kejujuran, keadilan, kebenaran, kepentingan
rakyat. Tidak pernah ada dan memang tidak boleh ada, misalnya hasutan
pers untuk meraih kedudukan atau kekuasaan politik sebagaimana para anggota dan
pimpinan partai politik.
7. Menarik Bahasa jurnalistik harus menarik.
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca,
memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika.
Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku. Bahasa
ilmiah merujuk pada pedoman: benar dan baku saja. Inilah yang menyebabkan
karya-karya ilmiah lebih cepat melahirkan rasa kantuk ketika dibaca daripada
memunculkan semangat dan rasa penasaran untuk disimak lebih lama. Bahasa
jurnalistik hasil karya wartawan, sementara karya ilmiah hasil karya ilmuwan.
Wartawan sering juga disebut seniman. Bahasa jurnalistik menyapa khalayak
pembaca dengan senyuman atau bahkan cubitan sayang, bukan dengan mimik muka
tegang atau kepalan tangan dengan pedang. Karena itulah, sekeras apa pun bahasa
jurnalistik, ia tidak akan dan tidak boleh membangkitkan kebencian serta
permusuhan dari pembaca dan pihak mana pun. Bahasa jurnalistik memang harus
provokatif tetapi tetap merujuk kepada pendekatan dan kaidah normatif.
Tidak semena-mena, tidak pula bersikap durjana. Perlu ditegaskan salah satu
fungsi pers adalah edukatif. Nilai dan nuansa edukatif itu, juga harus tampak
pada bahasa jurnalistik pers.
8. Demokratis Salah satu ciri yang paling
menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa
jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak
yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana di jumpai dalam gramatika bahasa
Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan
komunal, sehingga samasekali tidak dikenal pendekatan feudal sebagaimana
dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan kraton. Bahasa
jurnalistik memperlakukan siapa pun apakah presiden atau tukang becak, bahkan
pengemis dan pemulung secara sama.Kalau dalam berita disebutkan presiden
mengatakan, maka kata mengatakan tidak bisa atau harus diganti dengan kata bersabda.
Presiden dan pengemis keduanya tetap harus ditulis mengatakan. Bahasa
jurnalistik menolak pendekatan diskriminatif dalam penulisan berita, laporan,
gambar, karikatur, atau teks foto. Secara ideologis, bahasa jurnalistik
melihat setiap individu memiliki kedudukan yang sama di depan hukum
schingga orang itu tidak boleh diberi pandangan serta perlakuan yang berbeda.
Semuanya sejajar dan sederajat. Hanya menurut perspektif nilai berita (news
value) yang membedakan diantara keduanya. Salah satu penyebab utama mengapa
bahasa Indonesia dipilih dan ditetapkan sebagai bahasa negara, bahasa
pengikat persatuan dan kesatuan bangsa, karena. bahasa Melayu sebagai
cikal bakal bahasa Indonesia memang sangat demokratis. Sebagai contoh, prisiden
makan, saya makan, pengemis makan, kambing makan.
9. Populis Populis berarti setiap kata,
istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus
akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca,
pendengar, atau. pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima
dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari pengamen sampai seorang
presiden, para pembantu rumah tangga sampai ibu-ibu pejabat dharma wanita.
Kebalikan dari populis adalah elitis. Bahasa yang elitis adalah bahasa yang
hanya dimengerti dan dipahami segelintir kecil orang saja, terutama mereka yang
berpendidikan dan berkedudukan tinggi.
10. Logis Logis berarti apa pun yang
terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraph jurnalistik harus dapat
diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense). Bahasa
jurnalistik harus dapat diterima dan sekaligus mencerminkan nalar. Di sini
berlaku hokum logis. Sebagai contoh, apakah logis kalau dalam berita dikatakan:
jumlah korban tewas dalam musibah longsor dan banjir banding itu 225 orang
namun sampai berita ini diturunkan belum juga melapor.. Jawabannya tentu saja
sangat tidak logis, karena mana mungkin korban yang sudah tewas, bisa melapor?
Menurut salah seorang wartawan senior Kompas dalam bukunya yang mengupas
masalah kalimat jumalistik, dengan berbekal kemampuan menggunakan logika
(silogisme), seorang wartawan akan lebih jeli menangkap suatu keadaan, fakta,
persoalan, ataupun pernyataan seorang sumber berita. Ia akan lebih kritis,
tidak mudah terkecoh oleh sumber berita yang mengemukakan peryataan atau
keterangan dengan motif-mo¬tif tertentu (Dewabrata, 2004:76).
11. Gramatikal Gramatikal berarti kata,
istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik
harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi
sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan
berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya. Bahasa baku adalah
bahasa yang paling besar pengaruhnya dan paling tinggi wibawanya pada suatu
bangsa atau kelompok masyarakat. Contoh berikut adalah bahasa jurnalistik
nonbaku atau tidak gramatikal: Ia bilang, presiden menyetujui anggaran
pendidikan dinaikkan menjadi 15 persen dari total APBN dalam tiga tahun ke
depan. Contoh bahasa jumalistik baku atau gramatikal: Ia mengatakan, presiden
menyetujui anggaran pendidikan dinaikkan menjadi 25 persen dari total APBN
dalam lima tahun ke depan.
12. Menghindari kata tutur Kata tutur ialah
kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Kata
tutur ialah kata-kata yang digunakan dalam percakapan di warung kopi, terminal,
bus kota, atau di pasar. Setiap orang bebas untuk menggunakan kata atau istilah
apa saja sejauh pihak yang diajak bicara memahami maksud dan maknanya. Kata
tutur ialah kata yang hanya menekankan pada pengertian, sama sekali tidak
memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa. Contoh kata-kata tutur: bilang,
dilangin, bikin, diksih tahu, mangkanya, sopir, jontor, kelar, semangkin.
13. Menghindari kata dan istilah
asing Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar
harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau
laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan
komunikatif juga membingungkan. Menurut teori komunikasi, khalayak media massa
anonym dan heterogen. tidak saling mengenal dan benar-benar majemuk, terdiri
atas berbagai suku bangsa, latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan,
pekerjaan, profesi dan tempat tinggal. Dalam perspektif teori jurnalistik,
memasukkan kata atau istilah asing pada berita yang kita tulis, kita udarakan
atau kita tayangkan, sama saja dengan sengaja menyebar banyak duri di tengah
jalan. Kecuali menyiksa diri sendiri, juga mencelakakan orang lain.
14. Pilihan kata (diksi) yang tepat Bahasa
jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak
hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektifitas.
Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan
pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khlayak. Pilihan kata atau diksi,
dalam bahasa jurnalistik, tidak sekadar hadir sebagai varian dalam gaya, tetapi
juga sebagai suatu keputusan yang didasarkan kepada pertimbangan matang untuk
mencapai efek optimal terhadap khalayak. Pilihan kata atau diksi yang tidak
tepat dalam setiap kata jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal. Seperti
ditegaskan seorang pakar bahasa terkemuka, pengertian pilihan kata atau diksi
jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata itu. Istilah ini
bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk
mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan
fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata
dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus
berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian
dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki
nilai arstistik yang tinggi (Keraf, 2004:22-23).
15. Mengutamakan kalimat aktif Kalimat akiff
lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat
pasif. Sebagai contoh presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presided.Contoh
lain, pencuri mengambil perhiasan dari dalam almari pakaian, dan bukan
diambilnya perhiasan itu dari dalam almari pakaian oleh pencuri. Bahasa
jurnalistik harus.jelas susunan katanya, dan kuat maknanya (clear and strong).
Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman. Kalimat
pasif sering menyesatkan pengertian dan mengaburkan pemahaman.
16. Menghindari kata atau istilah
teknis Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus
sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi
sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan
menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Bagaimanapun kata atau
istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif
homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa tidak boleh
dibawa ke dalam realitas yang heterogen. Kecuali tidak efelitf, juga mengandung
unsur pemerkosaan. Sebagai contoh, berbagai istilah teknis dalam dunia
kedokteran, atau berbagai istilah teknis dalam dunia mikrobiologi, tidak akan
bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dipaksakan untuk dimuat
dalam berita, laporan, atau tulisan pers. Supaya mudah dicerna dan mudah
dipahami maksudnya, maka istilah-istilah teknis itu harus diganti dengan
istilah yang bisa dipahami oleh masyarakat umum. Kalaupun tak terhindarkan,
maka istilah teknis itu harus disertai penjelasan dan ditempatkan dalam tanda
kerung. Surat kabar, tabloid, atau majalah yang lebih banyak memuat kata atau
istilah teknis, mencerminkan media itu : (1) kurang melakukaii pembinaan dan
pelatihan terhadap wartawannya yang malas, (2) tidak memiliki editor bahasa,
(3) tidak memiliki buku panduan peliputan dan penulisan berita serta laporan,
atau (4) tidak memiliki sikap profesional. dalam mengelola penerbitan pers yang
berkualitas.
17. Tunduk kepada kaidah etika Salah satu
fungsi utama pers adalah edukasi, mendidik (to educated), Fungsi ini bukan saja
harus, tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan
artikel-aritikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa
tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran tapi sekaligus juga
menunjukkan etika orang itu. Pers berkualitas senantiasa menjaga reputasi dan
wibawa martabatnya di mata masyarakat, antara lain dengan senantiasa
menghindari penggunaan kata-kata atau istilah yang dapat diasumsikan tidak
sopan, vulgar, atau mengumbar selera rendah. Kata-kata vulgar, kata-kata yang
menjurus pornografi, biasanya lebih banyak ditemukan pada pers popular lapis
bawah dan pers kuning (Sumadiria,2005: 53-61).
DAFTAR
PUSTAKA
BUKU:
Anwar, Rosihan. 2004. Bahasa Jurnalistik Indonesia
dan Komposisi.Yogyakarta: Media Abadi.
Sumadiria, Haris. 2006. Jurnalistik Indonesia.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
SUMBER LAIN:
Kamis, 17 Oktober 2019
TPPN 5: Cara Meliput Peristiwa
Teknik
Reportase
Meliput
berita dan menggali informasi memiliki tahapan
•
Lapisan pertama: Adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi
pers, pidato, dan sebagainya. Informasi disediakan narasumber sehingga masih
sepihak.
•
Lapisan kedua: Adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter.
Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan
atas peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah
bergerak di luar kontrol narasumber awal.
•
Lapisan ketiga: Adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si
reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa,
penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya.
Liputan
Investigasi
•
Liputan investigasi (investigatif reporting) adalah praktik jurnalisme, yang
menggunakan metode investigasi dalam mencari informasi (Satrio Arismunandar)
Karakter
1.
Merupakan produk kerja asli jurnalis bersangkutan, bukan hasil investigasi dari
sebuah instansi pemerintah atau nonpemerintah.
2.
Mengandung informasi yang tidak akan terungkap tanpa usaha si jurnalis
3.
Berkaitan dengan kepentingan publik.
Bentuk
1.
Pelaporan investigatif orisinal (original investigative reporting): Melibatkan
reporter itu sendiri dalam mengungkap dan mendokumentasikan berbagai aktivitas
subjek, yang sebelumnya tidak diketahui oleh publik. Jurnalis mungkin
menggunakan taktik mirip dengan kerja polisi. Seperti, penggunaan tenaga
informan, pemeriksaan catatan/data publik, bahkan dalam situasi tertentu
pemantauan aktivitas dengan sembunyi sembunyi dan penggunaan penyamaran.3.
Pelaporan terhadap investigasi (reporting on investigations): Pelaporan
berkembang dari temuan awal atau bocoran informasi, dari sebuah penyelidikan
resmi yang sudah berlangsung atau yang sedang dipersiapkan oleh pihak lain,
biasanya oleh badan badan pemerintah.
2.
Pelaporan investigatif interpretatif (interpretative investigative reporting):
Pelaporan interpretatif berkembang sebagai hasil dari pemikiran dan analisis
yang cermat, terhadap gagasan serta pengejaran fakta fakta yang diikuti, untuk
memadukan semua informasi itu dalam konteks yang baru dan lebih lengkap.
Cara
Menemukan Fakta
•
Mempelajari sumber sumber yang sering diabaikan, seperti arsip, rekaman
pembicaraan telepon, buku alamat, catatan pajak, dan perizinan.
•
Bicara kepada warga di lingkungan sekitar atau sumber anonim yang bocorkan
informasi. • Menggunakan sumber riset berlangganan (di internet).
•
Melakukan penyamaran.
Jenis
Berita
1.
Berita Langsung ( Straight News ) : Berita tentang peristiwa yang penting dan
harus segera disampaikan kepada pembaca.
2.
Berita Ringan ( Soft News ) : Berita yang menampilkan sesuatu yang menarik,
penting dan bersifat informatif.
3.
Berita Kisah (Feature): Tulisan mengenai kejadian tyang dapat menggugah
perasaan dan menambah pengetahuan pembaca melalui penjelasan yang rinci,
lengkap, mendalam dan tidak terpengaruh waktu.PLAY
Rumus
Menulis 5 W + 1 H
1. What
: Apa yang terjadi
2. Where: Tempat Kejadian/dimana terjadi
2. Where: Tempat Kejadian/dimana terjadi
3.
When: Waktu sebuah peristiwa/kapan terjadi
4. Who:
Sumber dan tokoh yang menjadi pemeran utama dalam berita/Siapa
5. Why:
Mengapa peristiwa itu terjadi
6. How:
Bagaimana kejadian, situasi/suasana
Penulisan
Lead
1.
Berisi kalimat langsung yang mudah dimengerti pembaca
2.
Mencakup unsur 5W + 1H
3. Ditempatkan
di alinea pertama
4.
Maksimal tiga kalimat yang tidak bertele-tele
5.
Merupakan bagian terpenting dari berita Isi Berita
•
Merupakan pengembangan Why dan How
•
Memuat kutipan berupa pernyataan yang dinyatakan langsung dari sumber berita.
Kutipan berfungsi sebagai penguat kalimat sebelumnnyaLead (Kepala Berita)
Kalimat yang menjadi bagian terpenting dari sebuah berita sehingga menempati
alinea pertama dari sebuah berita. Fungsinya sebagai penarik perhatian dan
identitas berita. Lead bisa mengedepankan salah satu dari unsur 5W + IH
Teknik
reportase atau teknik peliputan berita merupakan hal mendasar yang perlu
dikuasai para jurnalis. Namun, membahas teknik reportase, berarti juga membahas
bagaimana cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk meliput suatu
acara, kegiatan atau peristiwa.Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria
kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan
redaksional (editorial policy).
Kriteria
kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak jauh berbeda antara
satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media
bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya.
Secara
sosiologis berita merupakan semua hal yang terjadi di dunia. Berita adalah
laporan tercepat mengenai fakta atau ide baru yang benar, menarik dan atau
penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat
kabar, radio, televisi, atau media online internet (Haris Sumadiria 2005, 65).
Menurut pakar jurnalistik berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan Televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita, berita biasanya menyangkut orang- orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi didunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan.
Menurut pakar jurnalistik berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan Televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita, berita biasanya menyangkut orang- orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi didunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan.
Paul De Massenner dalam buku Here’s The News: Unesco Associate menyatakan news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media massa dalam arti sempit dan tradisional, melainkan juga radio, televisi, film, dan internet atau media massa dalam arti luas dan modern. Berita pada awalnya memang hanya milik surat kabar. Tetapi sekarang berita telah juga menjadi darah daging radio, telebisi, dan internet. Tak ada media tanpa berita, sebagaimana halnya tak ada berita tanpa media.
Jenis Jenis Berita
Straight News Report
Laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita- berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat.
Depth News Report
Laporan yang sedikit berbeda dengan straight news report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.
Comprehensive News
Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek, berita menyeluruh sesungguhnya merupakan jawaban terhadap kritik kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung (staright news). Sebagai gambaran berita langsung bersifat sepotong-potong, tidak utuh, hanya merupakan serpihan fakta, berita langsung seperti tidak peduli dengan hubungan atau keterkaitan antara berita satu dan berita yang lain. maka dari itu berita menyeluruh mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.
Interpretative report
Berita ini biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini.
Feature story
Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. Penulis feature menyajikan pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor dari pada pentingnya informasi yang disajikan.
Depth reporting
Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.
Teknik mencari berita
Pada bagian ini akan menguraikan tentang pokok dua bahasan utama. Pertama, bagaimana kita mencari dan meliput berita sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO) jurnalistik. Kedua, bagaimana kita menulis berita, disini kita bicara tentang anatomi berita, pola piramida terbalik, arti dan fungsi teras berita, dan jenis-jenis teras berita.
Pada bagian ini akan menguraikan tentang pokok dua bahasan utama. Pertama, bagaimana kita mencari dan meliput berita sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO) jurnalistik. Kedua, bagaimana kita menulis berita, disini kita bicara tentang anatomi berita, pola piramida terbalik, arti dan fungsi teras berita, dan jenis-jenis teras berita.
Berita Diduga melalui meeting
Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik, prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Kita harus bisa mencari dan menciptakan berita, proses pencarian dan penciptaan berita dimulai di ruang redaksi melalui forum rapat proyeksi. Menurut Haris Sumadiria rapat proyeksi diselenggarakan secara rutin, berpijak kepada tiga asumsi dasar.
Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik, prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Kita harus bisa mencari dan menciptakan berita, proses pencarian dan penciptaan berita dimulai di ruang redaksi melalui forum rapat proyeksi. Menurut Haris Sumadiria rapat proyeksi diselenggarakan secara rutin, berpijak kepada tiga asumsi dasar.
Berita
diduga yang baik hanya bisa diperoleh melalui persiapan perencanaan yang baik
Masyarakat kita semakin dinamis dan kritis sebagai dampak langsung bergulirnya era reformasi. Media masa sebagai industri jasa komunikasi dan informasi, kini dihadapkan pada pola kompetisi yang ketat, keras, dan tajam
Masyarakat kita semakin dinamis dan kritis sebagai dampak langsung bergulirnya era reformasi. Media masa sebagai industri jasa komunikasi dan informasi, kini dihadapkan pada pola kompetisi yang ketat, keras, dan tajam
Berita Tak Diduga melalui Hunting
Untuk berita yang sifatnya tiba-tiba atau tidak terduga, kita harus bisa dan pandai berburu, kita harus hunting. Sebagai hunter kita harus memiliki beberapa kemampuan dasar. Kita harus memiliki kepekaan berita yang tajam, daya pendengaran berita yang baik serta mengembangkan penciuman berita yang tajam.
Setelah itu barulah kita dituntut untuk memiliki keterampilan prima dalam penulisan berita. Ini hanya mungkin tercapai apabila kita sangat menguasai teori dan aplikasi bahasa. Bagi jurnalis, penguasaan bahasa adalah prasyarat dasar, sifatnya mutlak, tak bisa ditaawar-tawar lagi.
Untuk berita yang sifatnya tiba-tiba atau tidak terduga, kita harus bisa dan pandai berburu, kita harus hunting. Sebagai hunter kita harus memiliki beberapa kemampuan dasar. Kita harus memiliki kepekaan berita yang tajam, daya pendengaran berita yang baik serta mengembangkan penciuman berita yang tajam.
Setelah itu barulah kita dituntut untuk memiliki keterampilan prima dalam penulisan berita. Ini hanya mungkin tercapai apabila kita sangat menguasai teori dan aplikasi bahasa. Bagi jurnalis, penguasaan bahasa adalah prasyarat dasar, sifatnya mutlak, tak bisa ditaawar-tawar lagi.
Dalam
proses pencarian berita kita akan mempelajari beberapa teknik mendasar, perlu
diingat teknik- teknik ini tidak dapat berdiri sendiri, artinya bisa saja
proses pencarian berita dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik secara
bersamaan, beberapa teknik pencarian berita adalah sebagai berikut :
Observasi
Secara sederhana observasi merupakan pengamatan terhadap realitas sosial. Ada pengamatan langsung, ada juga pengamatan tak langsung. Seseorang dikatakan melakukan pengamatan langsung bila ia menyaksikan sebuah peristiwa dengan mata kepalanya sendiri, pengamatan ini bisa dilakukan dalam waktu yang pendek dan panjang. Pendek artinya setelah melihat sebuah peristiwa dan mencatat seperlunya. Contoh : peristiwa kecelakaan lalu lintas. Sedangkan panjang berarti seseorang berada dalam tempat kejadian dalam waktu yang lama. Contoh : peristiwa bencana alam.
Seseorang dikatakan melakukan pengamatan tidak langsung bila ia tidak menyaksikan peristiwa yang terjadi, melainkan mendapat keterangan dari orang lain yang menyaksikan peristiwa itu. Misalnya penemuan mayat suami-istri disebuah rumah. Si A mendapat informasi bahwa dijalan melati no 24 ditemukan sepasang mayat suami-istri. Pengamatan disini tidak sama persis dengan pengamatan seorang peneliti. Seorang peneliti melakukan pengamatan berdasarkan konsep dan hipotesis, hasilnya biasanya dilaporkan dengan disertai pemecahan masalah ala mereka. Sedangkan seorang pers melakukan pengamatan untuk melaporkan kejadian sebuah peristiwa apa adanya.
Secara sederhana observasi merupakan pengamatan terhadap realitas sosial. Ada pengamatan langsung, ada juga pengamatan tak langsung. Seseorang dikatakan melakukan pengamatan langsung bila ia menyaksikan sebuah peristiwa dengan mata kepalanya sendiri, pengamatan ini bisa dilakukan dalam waktu yang pendek dan panjang. Pendek artinya setelah melihat sebuah peristiwa dan mencatat seperlunya. Contoh : peristiwa kecelakaan lalu lintas. Sedangkan panjang berarti seseorang berada dalam tempat kejadian dalam waktu yang lama. Contoh : peristiwa bencana alam.
Seseorang dikatakan melakukan pengamatan tidak langsung bila ia tidak menyaksikan peristiwa yang terjadi, melainkan mendapat keterangan dari orang lain yang menyaksikan peristiwa itu. Misalnya penemuan mayat suami-istri disebuah rumah. Si A mendapat informasi bahwa dijalan melati no 24 ditemukan sepasang mayat suami-istri. Pengamatan disini tidak sama persis dengan pengamatan seorang peneliti. Seorang peneliti melakukan pengamatan berdasarkan konsep dan hipotesis, hasilnya biasanya dilaporkan dengan disertai pemecahan masalah ala mereka. Sedangkan seorang pers melakukan pengamatan untuk melaporkan kejadian sebuah peristiwa apa adanya.
Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan reporter atau wartawan dengan narasumber untuk memperoleh informasi menarik dan penting untuk diinginkan (Haris Sumadiria 2005, 103).
Menurut Newsom dan wollert dalam media writing menegaskan wawancara merupakan alat utama dalam proses pengumpulan bahan berita, dengan wawancara reporter atau wartaawan akan dapat menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin dari narasumber.
Untuk bisa mencapai hasil seperti itu,tentu saja diperlukan pengetahuan serta kemampuan dasar dari reporter atau wartawan dalam proses wawancara. Ia harus memahami maksud dan tujuan wawancara, menguasai topik dan materi wawancara, serta dapat menata dengan baik organisasi wawancara, ia harus tahu kapan (timing), dimana, dan dalam situasi apa sebaiknya wawancara dilakukan, ia juga harus bisa mendeteksi dan mengevaluasi, apakah informasi yang dicarinya sudah diperoleh dengan memadai.
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan reporter atau wartawan dengan narasumber untuk memperoleh informasi menarik dan penting untuk diinginkan (Haris Sumadiria 2005, 103).
Menurut Newsom dan wollert dalam media writing menegaskan wawancara merupakan alat utama dalam proses pengumpulan bahan berita, dengan wawancara reporter atau wartaawan akan dapat menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin dari narasumber.
Untuk bisa mencapai hasil seperti itu,tentu saja diperlukan pengetahuan serta kemampuan dasar dari reporter atau wartawan dalam proses wawancara. Ia harus memahami maksud dan tujuan wawancara, menguasai topik dan materi wawancara, serta dapat menata dengan baik organisasi wawancara, ia harus tahu kapan (timing), dimana, dan dalam situasi apa sebaiknya wawancara dilakukan, ia juga harus bisa mendeteksi dan mengevaluasi, apakah informasi yang dicarinya sudah diperoleh dengan memadai.
Menurut
Jonathan wawancara yang baik harus memenuhi delapan persyaratan
Mempunyai tujuan yang jelas
Efisien
Menyenangkan
Mengandalkan persiapan dan riset awal
Melibatkan khalayak
Menimbulkan spontanitas
Pewawancara sebagai pengendali
Mengembangkan logika
Mempunyai tujuan yang jelas
Efisien
Menyenangkan
Mengandalkan persiapan dan riset awal
Melibatkan khalayak
Menimbulkan spontanitas
Pewawancara sebagai pengendali
Mengembangkan logika
Dalam
melakukan wawancara juga harus memperhatikan beberapa hal antara lain
Menjaga suasana
Bersikap wajar
Memelihara situasi
Tangkas dalam menarik kesimpulan
Menjaga pokok persoalan
Kritis
Sopan santun
Menjaga suasana
Bersikap wajar
Memelihara situasi
Tangkas dalam menarik kesimpulan
Menjaga pokok persoalan
Kritis
Sopan santun
Konferensi pers
Pernyataan yang disampaikan seseorang yang mewakili sebuah lembaga mengenai kegiatannya kepada para wartawan. Biasanya menyangkut citra lembaga, peristiwa yang sangat penting dan bersifat insidental. Tetapi, tidak jarang bersifat periodik, seperti konferensi pers menteri luar negeri, yang berlangsung seminggu sekali. Pada setiap konferensi pers, setiap wartawan memiliki hak yang sama untuk mengajukan pertanyaan kepada orang yang memberikan konferensi pers, umumnya lalulintas informasi dalam konferensi pers dilakukan lewat dialog langsung. Tetapi ada juga yang menggunakan informasi tertulis yang dibagikan kepada para wartawan.
Pernyataan yang disampaikan seseorang yang mewakili sebuah lembaga mengenai kegiatannya kepada para wartawan. Biasanya menyangkut citra lembaga, peristiwa yang sangat penting dan bersifat insidental. Tetapi, tidak jarang bersifat periodik, seperti konferensi pers menteri luar negeri, yang berlangsung seminggu sekali. Pada setiap konferensi pers, setiap wartawan memiliki hak yang sama untuk mengajukan pertanyaan kepada orang yang memberikan konferensi pers, umumnya lalulintas informasi dalam konferensi pers dilakukan lewat dialog langsung. Tetapi ada juga yang menggunakan informasi tertulis yang dibagikan kepada para wartawan.
Press Release
Bisa diartikan sebagai siaran pers yang dikeluarkan oleh suatu lembaga, satu organisasi atau seorang individu secara tertulis untuk para wartawan. Ia mewakili kepentingan lembaga, organisasi atau individu. Itulah sebabnya media massa cetak yang besar tidak mau memuat siaran pers ini, juga tidak ada kesempatan bagi para wartawan untuk bertanya kepada pihak yang mengeluarkan siaran pers tentang siaran pers. Inilah yang membedakannya dengan konferensi pers, tegasnya pada press release tidak ada tanya jawab dengan wartawan dan narasumber, sedangkan pada konferensi pers ada.
Bisa diartikan sebagai siaran pers yang dikeluarkan oleh suatu lembaga, satu organisasi atau seorang individu secara tertulis untuk para wartawan. Ia mewakili kepentingan lembaga, organisasi atau individu. Itulah sebabnya media massa cetak yang besar tidak mau memuat siaran pers ini, juga tidak ada kesempatan bagi para wartawan untuk bertanya kepada pihak yang mengeluarkan siaran pers tentang siaran pers. Inilah yang membedakannya dengan konferensi pers, tegasnya pada press release tidak ada tanya jawab dengan wartawan dan narasumber, sedangkan pada konferensi pers ada.
Rabu, 16 Oktober 2019
TPPN 4: MENGIDENTIFIKASI FAKTA DALAM PERISTIWA
Membaca
intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama
dengan tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu
upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
Tarigan
(1990:35) mengutip pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif merupakan
studi seksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan.
Yang termasuk membaca intensif ini adalah membaca dengan pemahaman.
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi
suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal
(luar biasa), atau kontroversial (perdebatan) yang berkembang di masyarakat.
Opini
yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan
pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. Tajuk rencana mempunyai
sifat: 1. Krusial (genting/gawat) dan ditulis
secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian (daily),
atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).
2.
Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas, baik itu aspek
sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga
bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
3.
Anonim (tanpa identitas/tanpa mencantumkan nama penulis) Karena merupakan suara
lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya,
seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah
pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi,
proses sebelum penulisan tajuk rencana terlebih dahulu diadakan rapat redaksi
yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran
redaktur yang berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu
permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan
pemerintahan.
Ada 2
jenis tajuk rencana berdasarkan golongan/sifat:
Tajuk
rencana golongan pers menengah ke atas (middle-high media) atau pers yang
berkualitas memiliki ciri-cirinya:
a.
Hati-hati (tidak menyebut nama orang yang sedang diberitakan)
b.
Normatif (menurut aturan yang berlaku)
c.
Cenderung konservatif (bersikap sesuai keadaan, mempunyai ciri khas tertentu,
tradisi)
d.
Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologi.
Tajuk
rencana dari golongan pers tengah ke bawah (middle-low media) berlaku
sebaliknya.
Ciri-cirinya:
a.
Lebih berani (langsung menyebut nama orang yang diberitakan)
b.
Atraktif (mempunyai daya tarik untuk semua kalangan)
c.
Progresif (bersifat memberi perubahan/ kemajuan)
d.
Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis
Pengertian
fakta adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kebenarannya.
Ciri-ciri
fakta:
1.
Benar-benar terjadi;
2.
Waktu, tempat, dan tanggal peristiwa jelas;
3.
Diperkuat dengan angka-angka.
Jenis
fakta
a.
Fakta umum, adalah kebenaran yang berlaku sepanjang zaman dari dulu sampai
sekarang. Atau informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan
secara khusus tentang nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya.
Contoh:
1)
Matahari terbit di sebelah Timur.
2)
Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
3)
Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya.
4)
Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.
b.
Fakta khusus (spesifik), adalah kebenaran yang berlaku dalam suatu periode
tertentu. Atau Informasi yang berisi kejadian/peristiwa lalu dijelaskan secara
terperinci dan detail.
Contoh:
1)
Pak Yayan makan bakso.
2)
Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya di Bandara
Juanda Surabaya kemarin siang.
3)
Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Diponegoro dan warung pinggiran terkena
razia kemarin pagi.
Pendapat
atau opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji, karena
bentuknya masih berupa pendapat. Kalimat yang mengungkapkan pendapat penulis
biasanya ada kata, menurut saya, sepertinya, bagus sekali, sangat (bagus), dan
sejenisnya, maka kalimat tersebut berupa kalimat opini. Kalimat opini dibedakan
menjadi kalimat opini perorangan dan opini umum.
Ciri-ciri
opini:
1.
Belum terjadi (baru rencana);
2.
Berupa pendapat;
3.
Bersifat subjektif;
4.
Keterangannya belum jelas.
Jenis
opini
1.
Opini perorangan (subjektif) : pendapat berdasarkan pandangan
pribadi/orang-orang tertentu saja. Contoh:
·
Menurut para ahli, pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 400 juta
jiwa.
·
Menurut saya, pakaian yang dikenakan pria itu sepertinya bagus sekali.
· Sepertinya jalanan ini akan
banjir. 2. Opini umum (objektif) : pendapat
berdasarkan pandangan (orang banyak/ khalayak umum).
Contoh:
·
Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri sendiri.
· Terjadinya
tsunami pada tahun 2004 di daerah Aceh menewaskan banyak korban.
·
Dengan giat belajar dan tekun, akan menjadikan kita semakin pandai.
Banyaknya informasi yang hadir di berbagai media bikin kita kebanjiran informasi. Tapi, lo patut berhati-hati nih bro. Pasalnya, nggak semua informasi yang hadir itu benar 100% dan malah merupakan hoaks nggak jelas. Nah, ada baiknya nih lo perlu waspada dan bisa memilah mana informasi yang benar dan palsu.
Banyaknya informasi yang hadir di berbagai media bikin kita kebanjiran informasi. Tapi, lo patut berhati-hati nih bro. Pasalnya, nggak semua informasi yang hadir itu benar 100% dan malah merupakan hoaks nggak jelas. Nah, ada baiknya nih lo perlu waspada dan bisa memilah mana informasi yang benar dan palsu.
Ini dia
cara membedakan berita hoax dengan berita
yang benar
1. Nama
dan situs media nggak jelas
Sebelum
konsumsi berita, lo patut nih perhatikan nama dan situs media yang
menyebarkan beritanya itu. Kalau nama dan situs media nggak jelas, contohnya
berdomain blog biasa atau nama media terkesan provokatif. Ada baiknya lo
mengonsumsi berita dari media-media yang memang sudah terpercaya dan
kredibel bro
2.
Judul umumnya provokatif
Pertama
kali baca berita pasti dari judulnya dulu kan. Nah, kalau memang
judulnya sudah terkesan provokatif itu bisa jadi salah satu ciri berita hoaks. Contohnya
nih, di judul sudah menuding kesalah satu pihak, menggunakan kata-kata kasar
atau umpatan negatif
3. Cek
n ricek dari Berbagai Sumber
Jangan
mudah percaya dari satu sumber berita. Pastikan dulu
kejelasan isi berita tersebut dari beberapa sumber lain. Ini penting
untuk bisa membedakan isi berita yang lo baca hoax
atau tidak.
4. Cek
foto dan video
Nggak
cuma dari tulisannya aja sob yang perlu lo cek hoax
atau tidak. Foto dan video pun harus lo cek keasliannya.
Jangan-jangan foto dan video itu sebenarnya bukan terkait kejadian sesuai berita,
tapi ambil dari peristiwa lama atau beda konteks
5. Nama
penulis
Berita yang benar itu harusnya ada nama penulis yang tercantum.
Hal itu karena si penulis lah yang bertanggung jawab penuh soal isi beritanya.
Kalau nggak ada patut diragukan nih, soalnya nggak ada pihak yang jadi penanggung
jawab dari berita tersebut.
Intinya
sih ya sob, lo perlu selalu hati-hati dalam mengonsumsi berita.
Jangan asal percaya dan share gitu aja berita yang
belum jelas kebenarannya. Pastikan juga lo baca berita
sampai
akhir ya, jangan cuma kemakan judul dan tulisan awalnya aja. Yuk lebih cermat
dan cerdas dalam mengonsumsi atau menyebarkan berita!
Selasa, 15 Oktober 2019
TPPN 3: Palsu atau nyata? Cara Memeriksa Diri Berita dan Mendapatkan Fakta
Berita palsu dapat mengakibatkan konsekuensi dalam kehidupan sehari-hari. Beredarnya informasi palsu, menjadi masalah besar pada
saat-saat ini. Kisah-kisah berita palsu mendapat banyak perhatian. Seperti berita di tajuk utama tentang klaim bahwa pemimpin agama Katolik Paus
Francis mendukung Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika pada November 2016, mengakibatkan situs-situs media seperti American News menyuarakan berita yang diduga menyesatkan
atau bahkan mengambil
kutipan di luar konteks.
Ketika
situs-situs seperti DC Gazette –
menyiarkan informasi tentang orang-orang yang diduga menyelidiki
keluarga Clinton ditemukan tewas, kisah-kisah itu menjadi viral dan beberapa
orang bahkan jadi mempercayainya.
Padahal, kisah-kisah seperti itu merupakan informasi palsu, yang tidak
dibenarkan
dengan cara apa pun.
Pelacakan terhadap para
pembuat berita palsu tentu terus dilakukan oleh aparat penegak hukum, sehingga
aparat pun menggunakan berbagai teknik dan teknologi untuk melacak para pembuat
berita palsu.
Menghentikan penyebaran berita palsu bukan hanya tanggung
jawab platform atau sosial media
yang digunakan untuk menyebarkannya. Mereka yang mengkonsumsi berita juga perlu
menemukan cara untuk menentukan apakah yang mereka baca itu benar.
Berikut beberapa
tips untuk mengetahui kebenaran fakta,
apakah informasi yang beredar tersebut palsu atau sesuai fakta.
Setiap orang
harus memiliki pemahaman mendasar tentang literasi media. Dan berdasarkan
penelitian yang baru-baru ini dirilis oleh para peneliti dari Universitas Stanford, di Amerika Serikat -- banyak orang tidak memiliki pemahaman mendasar tentang literasi media.
Sam Wineburg, seorang profesor pendidikan dan sejarah di
Stanford dan penulis utama studi ini menyatakan, untuk mengatasi hal ini, diharapkan setiap pembaca
media, membaca seperti mereka pun sebagai si pemeriksa fakta.
Bagaimana
pemeriksa fakta melakukan tugasnya?
Alexios Mantzarlis, direktur Jaringan Pengecekan Fakta
Internasional di Poynter, mengatakan
bahwa pemeriksa fakta melalui beberapa proses
untuk setiap klaim yang mereka tangani. “Setiap orang akan menjaga klaim, jika ada suatu informasi yang dapat
diverifikasi secara objektif, Anda akan mencari sumber primer terbaik dari topik
yang dibahas.
Temukan apakah informasi tersebut cocok, justru membantah atau bahkan
membuktikan klaim yang dibuat, dan dengan semua keterbatasan data dan apa data tersebut
mengatakan hal lain tentang klaim yang dibuat," ujar Mantzarlis.
Itulah kerangka acuan
cek fakta bagi para profesional, tetapi ada cara lain bagi semua orang untuk
melakukan penyelidikan fakta. Melissa Zimdars, asisten profesor komunikasi dan
media di Merrimack College di North
Andover, Mass mengungkapkan. Ketika dia melihat murid-muridnya
mereferensikan sumber-sumber yang dipertanyakan, dia menyusun berbagi dokumen bersama
murid-muridnya tentang bagaimana berpikir terkait asal sumber, serta daftar informasi
yang menyesatkan, terutama berasal dari situs satir dan palsu.
Baik Mantzarlis dan Zimdars sepakat terdapat beberapa praktik terbaik yang dapat digunakan setiap orang ketika membaca artikel online.
1. Perhatikan domain dan URL
Organisasi media yang
telah mapan biasanya memiliki domain dan memiliki tampilan standar yang mungkin
telah anda kenal. Situs dengan akhiran seperti .com.co akan membuat para pembaca lebih memperhatikan dan memberi tambahan
keingintahuan bahwa si pembaca perlu menggali lebih dalam, untuk melihat apakah
mereka dapat mempercayai situs tersebut. Hal ini untuk menentukan kebenaran bahkan
ketika situs terlihat profesional dan memiliki logo yang sedikit banyak telah
dikenal masyarakat. Misalnya, abcnews.com
adalah sumber berita yang sah, tetapi abcnews.com.co
bukanlah sumber berita yang sah, meskipun tampilannya serupa.
2. Baca bagian di situs "Tentang Kami"
Sebagian besar situs mengunggah
informasi tentang rubrik berita, perusahaan yang menjalankannya, daftar redaksi,
dan pernyataan visi-misi dan kode etik organisasi media. Bahasa yang digunakan
sangat mudah. Jika dalam artikel yang dimuat terlalu melodramatik dan terkesan
berlebihan, sang pembaca harus skeptis. Selain itu, para pembaca pun harus
dapat menemukan lebih banyak informasi tentang para pemimpin redaksi tersebut, selain
di situs itu.
3. Lihatlah kutipan dalam sebuah cerita
Sebagian besar publikasi
memiliki banyak sumber dalam setiap cerita yang diterbitkan secara profesional
dan para nara sumber itu memiliki keahlian di bidang yang mereka bicarakan.
Jika terdapat masalah serius atau kontroversial, ada kemungkinan besar akan terdapat
banyak kutipan. Cari profesor atau akademisi lain yang dapat berbicara tentang
persoalan yang dibahas, dikaitkan dengan penelitian yang telah mereka lakukan.
Dan jika mereka berbicara tentang penelitian, si pembuat berita juga harus
mempelajari isi studi itu.
4. Lihatlah siapa yang mengatakannya
Kemudian, lihat siapa
yang menyatakan sesuatu dalam kutipan, dan apa yang mereka katakan. Apakah
mereka sumber yang memiliki reputasi baik, dengan judul yang dapat Anda
verifikasi melalui pencarian cepat Google?
5. Periksa komentarnya
Banyak dari cerita palsu
yang menyesatkan, dibagikan di platform media sosial. Biasanya masyarakat hanya
membaca secara singkat dari judur berita utamanya, yang memang bertujuan untuk
mendapatkan perhatian pembaca. Tetapi seharusnya judul bisa mencerminkan secara
akurat tentang apa cerita tersebut.
Akhir-akhir ini, hal itu
tidak terjadi. Berita utama/ atau headline
sering kali ditulis dalam bahasa yang berlebihan dengan maksud menyesatkan dan
kemudian dilampirkan pada cerita yang tentang topik yang sama sekali berbeda
atau tidak benar. Kisah-kisah ini biasanya menghasilkan banyak komentar di
Facebook atau Twitter. Jika banyak dari komentar ini menyebut artikel itu
sebagai palsu atau menyesatkan, mungkin baru terungkap bahwa berita itu adalah
berita palsu.
6. Membalikkan pencarian gambar
Sebuah gambar harus
akurat dalam menggambarkan isi cerita. Ini sering kali tidak terjadi. Apalagi jika
para pencari berita yang menulis berita palsu itu, bahkan tidak meninggalkan
rumah mereka atau mewawancarai siapa pun untuk berita yang mereka buat. Kecil
kemungkinan mereka akan mengambil foto sendiri.
Jadi, lakukan lah sedikit
penyelidikan dan gali informasi tentang berita itu di mesin pencarian gambar di
Google. Anda dapat melakukan ini dengan mengklik kanan pada gambar dan membiarkan
Google mencari gambar yang ingin anda ketahui. Jika gambar muncul di banyak
cerita tentang banyak topik berbeda, ada kemungkinan itu bukan gambar dari apa
yang diungkapkan di cerita pertama.
Kiat-kiat ini hanyalah kiat
permulaan dalam menentukan jenis berita atau suatu artikel itu merupakan berita
palsu atau sesuai fakta. Zimdars menjabarkan ini dan lainnya dalam panduan
untuk murid-muridnya.
Jika Anda melakukan
langkah-langkah ini, Anda membantu diri sendiri dan Anda membantu orang lain
dengan tidak meningkatkan sirkulasi cerita-cerita palsu tersebut. Dan Anda tidak akan
menjadi satu-satunya orang yang mencoba menghentikan penyebaran konten palsu.
Para pemimpin perusahaan di balik platform / sosial media yang kerap
ditunggangi cerita palsu, tengah mencoba mencari cara untuk memperbaiki masalah
mereka, tetapi mereka juga berusaha memastikan untuk tidak membatasi kebebasan
berekspresi. Ini posisi yang sulit untuk dilalui oleh para pemilik platform
sosial media, namun mereka akan berupaya menangkal berita palsu. Akhirnya, hal itu
tergantung pada tanggung jawab moral dari pemilik sosial media tersebut.
Selain itu, terdapat
pula publikasi satir/ sindiran yang menyasar tujuan tertentu, meski jelas berita
itu diberi label sebagai informasi yang dilebih-lebihkan dan hal yang lucu oleh
penulis dan pemilik media. Jika orang yang membacanya tidak mengerti, mereka
mungkin membagikan artikel ini setelah membacanya dalam arti yang sebenarnya
atau harfiah.
Jika ini terjadi atau
jika Anda melihat teman Anda membagikan berita palsu secara terang-terangan,
jadilah teman yang baik dan katakan bahwa informasi yang dibagikan itu tidak sesuai
fakta. Jangan hanya bisa menghindar dari perdebatan meski hubungan Anda dengan
teman itu, bahkan mungkin menjadi tidak nyaman. Seperti ada tertulis, setiap
orang harus memberangus setiap berita palsu yang beredar. (Wynne Davis)
Langganan:
Postingan (Atom)